Mediametafisika.com - Panjang pendeknya umur adalah mutlak di tangan Tuhan. Namun, dalam sebuah perjalanan di Pasar Baru, Jakarta Pusat, tepatnya di Gang Tepekong, Kami mendapatkan sebuah kisah yang unik. Seorang teman yang tinggal di sana menceritakan bahwa sebuah Tepekong diantara jejeran Tepekong di Pasar Baru sering mengadakan ritual memperpanjang umur. Bukan tanggung, mereka yang mengikuti upacara sakral ini adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang berstatus sosial mewah. Sebab menurut teman tadi, untuk sekali menggelar upacara ini seorang peserta dikenakan biaya puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Kabarnya, upacara itu adalah sebuah budaya Tiongkok Kuno yang sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Dalam upacara itu seseorang bisa memperpanjang usianya hingga 10 tahun ke depan. Misalnya, jika seseorang sebenarnya harus mati pada usia 50 tahun, tapi dengan upacara itu usianya bisa bertambah hingga 60 tahun. Selanjutnya pada usia 60 tahun, seseorang itupun bisa menggelar upacara kedua dan minta usianya diperpanjang lagi hingga 70 tahun. Setelah upacara ritual kedua, seseorang tidak lagi bisa menggelar upacara ketiga. Sebab menurut keyakinan, ritual memperpanjang umur ini hanya bisa dilakukan dua kali.
Tergelitik dengan cerita teman tadi, dua hari kemudian kami menelusuri Gang Tepekong di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Tak salah jalan ini dinamakan Gang Tepekong, sebab dari mulut gang hingga ke ujungnya berjejer tepekong dengan aroma hio yang tajam menyengat hidung. Sepanjang jalan dipenuhi toko, pedagang dan manusia yang lalu lalang dengan mayoritas warga keturunan.
Di ujung gang, Kami berdiri di depan sebuah tepekong yang nampak paling megah di antaran jejeran tepekong lainnya. Di sisinilah sering diadakan ritual panjang umur. Tapi seorang pendeta Budha di sana menolak mengatakan kalau ritual itu adalah ritual menunda kematian. Menurutnya, tak seorang manusia pun yang sanggup menunda kematiannya. Jika ajal sudah menjemput, tak ada lagi yang mampu menundanya.
“Ritual itu memang ada, kami menyebutnya ritual penyembuhan. Sebab yang mengikutinya pun orang-orang sakit yang mencari kesembuhan,” tutur biksu yang tak mau disebut namanya itu.
“Jika dia kemudian sembuh lalu umurnya bertambah panjang beberapa tahun, itu adalah kehendak Tuhan. Kami hanya mencoba mencari kekuatan hidupnya dari unsur alam dan penciptaannya. Kami menyeimbangkan kekuatan fisik dan mentalnya agar mereka bisa menjalani hidup lebih tenang dan optimis. Kami memang menggunakan kekuatan doa pada para dewa agar mereka memberikan solusi. Tapi bukan mistik, di atas semuanya adalah kekuatan Tuhan,” tambah biksu tadi panjang lebar.
Lebih jauh dijelaskan, yang mengikuti ritual ini adalah orang-orang lanjut usia atau yang mengidap penyakit akut. Dalam kasus penyakit dokter biasanya memvonis pasien tidak mungkin disembuhkan secara medis.
“Dalam keadaan seperti itu mereka putus asa. Dan kami mencoba mencari solusi dengan cara kami,” papar si biksu.
Tentang cara atau metode yang dilakukan, biksu yang berusia 50-an tahun ini tak bersedia menjelaskan detilnya. Menurutnya, untuk menjelaskan hal ini dia terkait oleh sumpah karena hanya orang-orang tertentu saja yang berhak mengetahui ilmu ini. Selain itu.
Di tempat terpisah, Teddy Agustino, seorang paranormal berdarah Tionghoa menjelaskan lebih rinci ritual mistik memperpanjang umur. Menurutnya, ritual ini telah ada di Negeri Tirai Bambu sejak ribuan tahun lalu. Bahkan keluarga Teddy sendiri termasuk orang-orang yeng mengikuti ritual ini. Maka tak heran jika ayah, ibu, paman dan tantenya memiliki umur yang panjang hingga mencapai 100 tahun lebih. Tak cuma itu, sepanjang hidupnya mereka tergolong orang-orang yang makmur.
Teddy menjelaskan, ritual ini berkembang pada 2000 tahun lalu. Kala itu kaisar memerintahkan pendeta, tabib dan para pendekar untuk mencari formula agar kaisar dapat awet muda dan panjang umur. Setelah melalui proses ritual panjang akhirnya ditemukan beberapa langkah untuk membuat seseorang awet muda dan panjang umur. Metode ini menggabungkan kekuatan alam, internal seseorang dan kekuatan mistik.
Kekuatan alam bisa mempengaruhi panjang pendeknya umur seseorang, begitu juga dengan kekuatan mistik. Tapi di atas semua itu, mental lebih menentukan kekuatan fisik seseorang. Ketika seseorang bisa mengendalikan kekuatan Yin dan Yang yang dia miliki, maka dia bisa menjalani hidup ini dengan tenang. Namun jika tidak mampu menjaga keseimbangan itu, sebesar apapun yang didapat dalam hidup ini, kekurangan akan terus menghantuinya.
“Itulah yang membuat seseorang nampak lebih tua dari usia sebenarnya. Itu juga yang membuat orang cepat mati,” jelas Teddy.
Lebih jauh Teddy menjelaskan, ritual memperpanjang umur itu diawali dengan membuka 7 titik aura yang terdapat dalam tubuh manusia. Aura adalah kunci penampilan, seseorang akan terlihat cantik atau tampan jika auranya terpancar dengan baik. Dalam budaya Tionghoa Kuno, untuk membuka 7 titik aura itu, seseorang harus menjalani meditasi dalam air atau di bawah air terjun. Namun seiring dengan perjalanan waktu, Teddy kemudian memodifikasinya dengan siraman 7 bunga. “Ini disesuaikan dengan tradisi Jawa,” ungkapnya.
Meditasi atau lebih instannya siraman 7 bunga ini akan membuat inerbeauty seseorang terpancar. Meditasi juga mampu membangkitkan gairah hidup seseorang lebih optimis. Pada tingkatan tertentu, meditasi juga membuat seseorang lebih mampu menerima apapun yang terjadi dalam hidup ini. Termasuk ketika harus menerima kekecewaan dalam hidup. Proses siraman 7 bunga ini diikuti dengan mantera-mantera khusus dalam bahasa Tionghoa dan Jawa.
Prosesi selanjutnya adalah pemotongan ayam hitam (cemani) dan ayam putih polos. Menurut Teddy, prosesi ini adalah untuk memanggil kekuatan gaib para dewa. Dalam budaya Tiongkok Kuno, darah ayam adalah sebuah medium untuk mempercepat pemanggilan dewa, roh atau makhluk gaib lainnya. Prosesi ini adalah prosesi yang paling menyeramkan. Jika seorang tidak memiliki mental labil, dia akan kemasukan roh atau makhluk gaib yang sedang dipanggil itu.
Terakhir adalah pemotongan lidah pemimpin ritual. Orang Cina banyak yang menggunakan darah manusia untuk menulis rajah, mantera penolak bala atau Hu. Darah yang mengalir dari lidah itu kemudian ditampung dalam satu wadah untuk kemudian dicipratkan ke kiri dan ke kanan. Sejatinya, pemotongan ayam hitam dan putih serta pemotongan lidah itu adalah wujud kurban seseorang agar kematiannya ditunda.