Mediametafisika - Pada satu kesempatan, Nabi Isa A.S pernah menjumpai seonggok tengkorak di tengah jalan yang jauh di luar pemukiman manusia. Kemudian beliau berdo’a kepada Allah SWT agar tengkorak itu dapat berbicara sehingga ia dapat melakukan dialog dengannya. Tengkorak itu adalah bekas seorang raja yang bernama raja Jumjumah.
Atas takdir Allah, tiba-tiba terdengar dari mulut kepala tengkorak itu suara, katanya, "Ya Nabi Isa, telah diperintahkan oleh Allah terhadap tengkorak kering ini agar dapat berkata kata denganmu, maka tanyailah apa-apa yang engkau kehendaki. Salam Allah Ta’ala kepadamu, ya Nabi Isa."
Nabi Isa berkata, "Hai tengkorak yang kering, kulit pun tidak ada padamu, maka apa-apa yang kutanyakan kepadamu, jawablah hai tengkorak yang kering."
Ujar sang tengkorak. "Tanyakanlah tuan apa-apa yang dikehendaki hati tuan; dengan takdir Allah hamba akan menjawab segala pertanyaan tuan."
Mulailah pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Isa diajukan kepada tengkorak itu,
"Hai tengkorak yang kering, laki-laki atau perempuankah engkau, merdekakah, ataukah seorang budak; Islam atau kafirkah engkau; berbahagia atau sengsarakah engkau; mulia atau hinakah engkau, kaya atau miskinkah engkau, engkau pemurah atau kikirkah; raja atau menteri?"
Tengkorak kering itu pun menyahut, "Ya Nabi Isa, hamba laki-laki bukan seorang perempuan; dan hamba ini merdeka bukan budak, dan hamba orang Islam bukan seorang kafir, dan hamba orang mulia, bukan orang hina, dan hamba orang celaka bukan orang bahagia di akhirat; hamba orang kaya, bukan orang miskin, dan hamba seorang pemurah bukan orang kikir, dan hamba seorang baik, bukan seorang jahat, dan hamba seorang tua, bukan anak muda; dan hamba berasal dari seorang raja, bukan seorang menteri”.
“Dahulu, ya Nabi Isa, rupa hamba sangat baik dan juga sangat menakjubkan lagi elok rupanya dari seluruh rupa. Sangat gemilang bercahaya. Demikianlah keindahan paras hamba, jika siapa pun melihat melihat rupa hamba, pastilah ia heran dan tercengang dengan postur tubuh hamba yang gagah. Ketahuilah bahwa hambalah yang pemurah di daratan Mesir dan Syam.
“Dahulu kerajaan hamba sangat besar. Pada waktu hamba hendak pergi berangkat atau bertamasya pergi berburu, mungkin berjumlah enam belas ribu budak pengiring. Belum termasuk hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentaranya. Sedangkan rakyat hamba tidak terhitung jumlahnya, melainkan Allah SWT dan Rasul-Nya juga yang mengetahuinya. Gajah, kuda, dan unta hamba tidak terhitung banyaknya pula. Enam belas ribu budak hamba diberi pakaian yang beraneka ragam. Empat ribu orang mengenakan pakaian seragam yang berwarna kuning. Empat ribu lainnya memakai seragam berwarna merah. Empat ribu lainnya memakai seragam hijau. Pada pakaian mereka dikenakan emas, perak, dan kumuda. Emas yang bertahtakan mutu manikam. Ada pula hiasan burung rajawali dan burung merak. Di mana bulunya tersusun dari emas. Empat ribu orangnya memegang senjata dari emas”.
“Di sebelah kanan seribu orang memegang pedang emas. Di sebelah kiri seribu orang memegang keris. Di bagian belakang hamba memegang tombak. Empat ribu orang mengendarai kuda sembrani Di sebelah kanan hamba seribu orang penunggang kuda yang berseragam hijau. Di sebelah kiri penunggang kuda berwarna. Di hadapan hamba kuda yang berseragam putih. Para penunggang kuda tersebut mengenakan pakaian berwarna emas dan memegang senjata kerajaan, ya Nabi Isa. Adapun tentara dan rakyat hamba itu tidak terhitung banyaknya, melainkan Allah dan Rasul- Nya yang mengetahui”.
“Demikianlah kebesaran kerajaan hamba, ya Nabi Isa. Tidak seorang pun dari raja-raja melakukan perlawanan terhadap hamba. Dan tidak pula kerajaan-kerajannya menyamai kerajaan hamba dan kebesaran hamba. Dahulu, seluruh raja pada jaman hamba berada di bawah kekuasaan hamba, serta mereka diwajibkan memberi upeti kepada hamba. Dahulu, tiga puluh ribu unta di bawah kekuasaanku. Gajah, unta, dan kuda tidak terhitung jumlahnya."
Ujar Nabi Isa , "Hai Raja Jumjumah, berapa lama tuan tinggal dalam kerajaan tuan?"
Raja Jumjumah menyahut, "Ya Nabi Isa, empat ratus tahun lamanya berada dalam kerajaan hamba, ya Nabi Isa. Dengan dermawan hamba dalam sehari semalam hamba (pernah) memberikan sedekah sebesar sejuta dinar dan dirham kepada fakir miskin dan musafir. Pada waktu dahulu, setiap hari hamba memberikan pakaian kepada para alim. Demikianlah perihal perbuatan hamba di dunia senantiasa dilakukan”.
"Dahulu, seluruh mesjid dan mushola yang berada di daratan Mesir dan Syam yang perlu diperbaiki akan hamba perintahkan untuk diperbaiki. Demikianlah perihal dari perbuatan hamba di dunia. Akan tetapi Allah Ta’ala Tuhan semesta alam juga yang tidak disembah selain dari-Nya, hanya Dialah yang memberikan harta pada, hamba-Nya."
Nabi Isa bertanya lagi, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana engkau merasakan kekurangan di dunia, dan bagaimana engkau merasakan sakaratul maut, dan bagaimana rasanya minum pada saat sakaratul maut, dan bagaimana merasakannya saat berada di dalam kubur?"
Raja Jumjumah pun menjawab, "Ya Nabi Isa, amat ajaib dan sangat sukar dan menyakitkan atas seluruh hal yang tuan tanyakan kepada hamba. Sekarang hamba akan ceritakan kepada tuan mengenai kematian hamba”.
"Pada satu kesempatan, hamba pergi mandi ke sungai Alhamd dengan seluruh hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentara, dan sebagian rakyat hamba turut serta mengiringi. Setelah mandi, hamba naik ke darat, kemudian duduk di tepi sungai itu. Hamba pun merasakan kedinginan pada tubuh seperti hendak demam. Hamba segera pulang ke istana Para pengiring hamba pun terlihat berduka atas keadaan yang dialami hamba”.
“Setelah tiba di istana, hamba berbaring di atas permadani yang bersipuhkan emas dan bertahtakan ratna mutu manikam. Kata hamba kepada seluruh menteri dan para budak: ’Hai kalian, pergilah kepada tabib yang telah mengobati aku, karena selama empat hari demam masih dirasa’, dan aku pun menghentikannya atas penyakitku ini”.
"Kemudian datanglah orang yang akan mengobati. Namun pengobatannya dirasakan tidak memberi manfaat. Hingga selama lima hari demam hamba semakin terasa. Lalu hati hamba berkata, Wah badanku, akan berpisahlah nyawa dan badan, seperti seorang yang sangat mengasihi seorang yang lainnya. Kemudian berpisahlah keduanya, rasanya adalah bagaikan kehilangan kesadaran, dan terbakarlah hati keduanya. Dan apa pun yang dilakukan, bagi hamba tidak akan menjadikan penghibur, karena sangat cintanya kepada sang kekasih dan selalu teringat terhadap perpisahannya tersebut”.
"Demikianlah cintanya kepada nyawa hamba, saat berpisah dengan badan hamba. Dari kehendak yang memiliki kehendak itu, maka ridhalah hamba akan kehendaknya ini. Kemudian hamba pun berpikir dalam hati, Oh, niscaya aku akan mati juga, karena terlihat muka aku menjadi pucat tidak seperti biasanya, dan berduka citalah hamba”.
“Sesaat kemudian terdengar suatu bunyi, katanya, ‘Kenalkah engkau terhadap siksaan orang durhaka, karena ia tidak beribadah kepada Allah Ta’ala Tuhan semesta alam (sebagaimana mestinya)’. Dan hamba lihat seorang laki-laki amat besar datang ke hadapan hamba. Kemudian ditikamnya dada hamba begitu sakitnya hamba merasakan hal demikian”.
"Tersentaklah diri hamba dan lemah lunglailah dirasakan. Selanjutnya didengar lagi suara, ‘Keluarkanlah nyawa orang yang durhaka ini’. Maka seluruh tubuh hamba terasa seperti bercerai-berai. Seluruh sendi-sendi tulang hamba terbaring di atas bantal. Ketika itu, anak isteri dan keluarga hamba begitu menangisi karena cintanya kepada hamba. Oh, aku ini akhirnya mati juga pada hari ini, saat ini telah datang ajalku”.
“Waktu itu, tidak ada seorang pun yang dapat menolong hamba, dan tidaklah dapat menyertai hamba. Hamba pun melihat seluruh anak istri dan seluruh keluarga hamba Maka hamba melihat seluruh anak istri dan keluarga hamba menangis, karena sayangnya kepadaku”.
"Pada saat itu, tidak seorang pun dapat memberikan faedah dan manfaat kepada hamba, melainkan karena apa apa yang telah diberikan kepada para ulama dan fakir miskin dahulu itulah yang menolong hamba. Sedangkan apa-apa baik kenikmatan, makanan yang dimakan, pakaian yang terbuat dan emas yang dipakai dahulu, kini ia menjadi siksaan dan azab kepada hamba”.
"Kemudian datanglah Malaikat Maut kepada hamba dengan bunyinya yang berat. Kepala dan kakinya berada pada tujuh lapis langit hingga ke tujuh lapis bumi, serta sebelah sayapnya merupakan azab dan sayap lainnya adalah rahmat. Ketika itu, mukanya ada enam, ya Nabi Isa. Kesatu dari atas; kedua muka kanan; ketiga muka kiri; keempat di bagian depan; kelima di bagian belakang; dan keenam di bagian bawah."
Bertanyalah kembali Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah tengkorak kering, apa yang Anda pertanyakan kepada malaikat maut."
Jawab sang Raja, "Ada pertanyaan yang diajukan, yaitu, ‘Hai Malaikat, apa sebabnya mukamu itu ada enam. Sahut malaikat, Hai Raja Jumjumah, orang durhaka celaka. Ketahuilah olehmu, bahwasanya mukaku dari atas kerjanya mengambil nyawa seluruh nyawa anbiya. Mukaku dari depan, akan mengambil nyawa seluruh umat Nabi Muhammad SAW. Muka di bagian belakang berperan dalam mengambil nyawa orang-orang kafir. Mukaku di bagian kanan mengambil nyawa penghuni wilayah Masyrik dan sebelah kirinya mengambil nyawa penghuni wilayah Maghrib. Dan Mukaku di sebelah bawah mengambil nyawa segala jin dan setan”.
Nabi Isa mengajukan pertanyaan berikut, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana kau merasakan kedatangan kematian?"
Raja Jumjumah berucap, "Ya Nabi Isa, pada satu waktu, datanglah Malaikat maut kepada hamba, la datang mengambil nyawa hamba. Lalu kulihat ia beserta dengan tiga puluh malaikat yang disuruhnya untuk memegang lidah hamba agar jangan menjerit akibat dari rasa takut yang dahsyat, dan mendengarkan suara mereka, tulang belulang hamba lemah lunglai rasanya. Jika para penghuni wilayah Maghrib mendengarkan suara itu yang seperti halilintar yang membelah. Demikianlah suaranya itu”.
"Selanjutnya, ketiga puluh malaikat tersebut diperintahkan oleh Allah untuk memegang kaki hamba agar jangan bergerak. Kemudian diperintahkan oleh Allah untuk melontarkan tembaga ke dada hamba yang kemudian hancur. Begitu sangat sakit dan panasnya terasa di dada hamba. Sekali lagi . diperintahkan oleh Allah Ta’ala seorang malaikat untuk memegang leher hamba serta dipakaikannya rantai dan belenggu pada leher hamba, dan dipakaikannya tali kekang terbuat dari api pada mulut hamba oleh malaikat, dan disiksanya hamba. Begitu menderita hamba akibat sakitnya itu, maka ucap hamba kepada malaikat yang menyiksa hamba,’lepaskanlah hamba dari siksa ini, sebagai upahnya akan kuberikan seluruh harta, anak isteri, segala budak hamba’.
“Setelah mendengar perkataan hamba tadi maka disapunya mulut hamba oleh Mala’katul Maut dan dirasakannya oleh seluruh anggota tubuh seperti hancur lebur rasanya. Malaikat itu berkata, ‘Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu bahwa kami ini bukan (akan) mengambil upah dari kamu, karena kami mengerjakan perintah dari Tuhan kami dengan sesungguhnya. Begitulah kami yang akan mengerjakan dengan sebenar-benarnya. Kami bukanlah seperti kamu manusia yang bersaksi dengan dusta dan bersumpah dengan tidak sebenarnya, dan meninggalkan perintah Allah Ta’ala, serta mengerjakan larangan-larangannya. Oleh karena itu, laknat Allah kepada kamu, dan azab Allah yang menyiksa dengan tiada berkesudahan hingga hari kiamat’."
Pertanyaan berikut yang dilontarkan oleh Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah, ketika nyawamu lepas, bagaimana kau merasakan rasa sakitnya, dan tatkala tubuhmu terlentang setelah ditinggalkan nyawanya, bagaimana juga rasa sakitnya?"
Dijawab oleh Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa, ketika nyawa hamba diambil oleh malaikat maut, beribu-ribu sakitnya dirasakan oleh hamba melebihi seperti ditikam dengan senjata, dan melebihi sakitnya daripada kambing hidup yang dikuliti, dan seperti kain yang teramat tipis lalu dimasukkan ke dalam air, kemudian dibuang ke atas duri-duri, setelah itu ditarik oleh pemilik kainnya, maka luluh lantaklah rasanya ketika nyawa hamba diambil oleh Malaikat Maut, dan setelah itu badan hamba merasakan sakitnya, ketika nyawa sudah diambil oleh Malaikat Maut, dan terbaringlah tubuh hamba di atas tikar. Apabila bergerak lantai rumah hamba, dirasakanlah kembali rasa sakitnya. Ketika diangkat untuk dimandikan oleh orang-orang, dan ketika digosok-gosok saat memandikan, hamba merasakannya begitu sakit.
Setelah itu, dikafanilah hamba, kemudian diangkat untuk dimasukkan ke dalam keranda. Sambil ditanggung, diantarlah ke kubur. Dimasukkanlah aku ke dalam liang lahat, lalu bergoncanglah tanah kuburnya, dan dirasakan oleh aku begitu sangat sakitnya dan pedih dirasakan seperti hancur lebur daging ini. Berpisahlah seluruh persendian tulang dan habislah tak tersisa hilang rasanya, ya Nabi Isa."
"Hai Raja Jumjumah, bagaimana rasanya ketika masuk ke bumi dan (mendengar) suara dari pertanyaan Munkar dan Nakir?" tanya Nabi Isa kembali.
Raja Jumjumah menyahut, "Ya Nabi Isa, setelah selesai hamba dikuburkan oleh jama’ah, kemudian datanglah dua malaikat, pertama bernama Munkar, dan yang kedua bernama Nakir yang diperintahkan oleh Allah untuk menanyai orang-orang di dalam kubur. Kemudian kata kedua malaikat tersebut kepada hamba. Hai orang durhaka yang celaka, tutiskan olehmu perbuatan yang telah engkau perbuat di dalam dunia, baik jahat maupun baik semuanya. Seluruhnya tuliskan olehmu; jangan kau sembunyikan, agar di hadirat Allah semuanya itu dibalas”.
"Kata hamba, untuk menulis itu, apa tintanya, kalamnya, dan kertasnya untuk hamba. Ujar Malaikat itu, ‘Hai orang durhaka yang celaka, sebagai tintanya adalah air mulutmu, kalamnya adalah telunjukmu, dan kertasnya itu adalah kain kafanmu. Maka seluruh perbuatanmu yang baik dan jahat; dosa besar dan dosa kecil seluruhnya tuliskan olehmu; segeralah kautuliskan. Mengapakah, hai orang durhaka yang celaka, dirimu diam, apakah itu keinginanmu?’. Oleh karenanya, ditulislah oleh hamba”.
"Dalam pikiran hamba mengatakan bahwa ternyata banyaklah dosa hamba, dan sedikit saja pahala hamba. Ah, tidak akan kutulis dosa-dosanya. Malaikat berkata. ‘Hai orang durhaka yang celaka, tuliskan seluruh dosamu yang kauperbuat. Dari dosa besar maupun dosa kecil jangan engkau sembunyikan. Selanjutnya hamba tuliskan semuanya baik jahat maupun baik. Kata hamba, ‘Wah, sekarang dosaku sangat banyak tidak terhitung lagi, ya Nabi Isa. Segala hal perbuatannya tidaklah dapat hamba katakan kepada tuan, melainkan Allah SWT juga yang amat mengetahuinya”.
"Tiba-tiba ada dua malaikat yang sangat hitam, amat tinggi dan besar seperti pohon kurma. Dari mulutnya keluar api yang menyala-nyala. Kemudian berkata kepada hamba, katanya, ‘Hai orang durhaka yang celaka, siapa Tuhanmu, siapa nabimu, apa agamamu, siapa imammu, apa kiblatmu, dan siapa saudaramu”?
"Lalu sahut hamba, ‘Engkaulah Tuhanku”.
"Setelah didengar jawaban tersebut oleh malaikat, ia sangat marah. Kemudian dipecut dengan cemetinya yang bercabang-cabang. Setiap cabangnya keluar api yang menyala. Kalau saja cemeti yang bercabang itu dipukulkan ke atas bumi ini, maka akan ratalah ia atau bukit pun akan rata dan terlihat hancur.
"Demikianlah, hamba dipukulnya, yang menyebabkan tubuh hamba hancur. Persendian-persendian tulang pun cerai-berai. Dagingnya juga hancur-lebur. ibarat awan yang ditiup angin kencang. Demikianlah rasanya; dipukul tiga kali berturut-turut. Malaikat berkata lagi, ‘Hai bumi, jepitlah orang durhaka yang celaka itu. Makanlah olehmu dagingnya sebagai suatu rejeki, karena ia orang yang durhaka kepada Allah Ta’ala’. Setelah itu, dijepitlah hamba oleh bumi. Habislah luluh lantaklah tubuh hamba, serta daging pun hancur tercerai-berai. Persendian-persendian tulang juga hancur-remuk. Ujar bumi, ‘Hai orang durhaka yang celaka, tatkala engkau tinggal di atasku. seluruh keinginanmu yang durhaka kaulakukan di atasku, seperti zina, dan lain-lainnya yang dilarang oleh Allah SWT”.
"Setelah dijepit oleh tanah tersebut, bumi berkata kembali, ‘Hai orang celaka yang durhaka, sekarang engkau masuk ke dalam perutku, maka akulah rupa yang buruk, dan akulah rumah yang berisi siksaaan akulah juga rumah yang berisi seluruh bau busuk dan anyir”.
"Selanjutnya, hamba melihat dua orang yang sangat hitam rupanya. Kepalanya sangat besar seperti bukit di negeri Syam. Kedua orang itu yang ternyata adalah malaikat, kemudian membawa hamba”.
"Setibanya di bawah ‘Arsy Allah Ta’ala, terdengarlah oleh hamba satu suara, yang mengatakan, ‘Hai Malaikat-Ku, bawalah orang durhaka yang celaka itu ke dalam neraka. Buanglah ia ke dalam siksa yang sangat menyiksa itu’. Kemudian hamba dibawa oleh malaikat itu ke neraka. Sesampainya di pintu neraka, hamba diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, seraya mengatakan, Hai Malaikat Zabaniyah, masukkan orang yang celaka ini ke dalam neraka Siksalah dia dengan siksaan yang sangat menyiksa”.
"Setelah itu, hamba pun dimasukkan ke dalam neraka yang amat sangat menyiksa itu. Terlalu banyak macamnya siksaan dan azab yang hamba lihat. Hamba sering menangis dan mengerang menyaksikan keadaan siksa neraka itu. Ucap hamba, ‘Oh, siapa lagi yang hamba harapkan, dan siapa lagi yang akan mengasihi hamba. Oh, bagi hamba sangat diharamkan sekali-kali untuk berbuat dosa, seandainya hamba berada di dalam dunia hanya sesaat saja lamanya”.
"Pada waktu itu, hamba tidak mengetahui lagi bagaimana nasib hamba selanjutnya. Namun, kemudian hamba melihat empat buah kursi tersimpan di kanan dan kiri ‘Arsy Allah Ta’ala. Lalu hamba menanyakan kepada malaikat yang menyiksa hamba mengenai siapa yang mendapatkan anugerah Allah Ta’ala Al Karim itu. Jawab Malaikat, Adapun satu kursi itu adalah dianugerahklan kepada Nabi Muhammad Rasulullah. Satu kursi berikut adalah untuk Nabi Ibrahim khalilullah. Satu kursi lagi untuk Nabi Isa Dan satu kursi sisanya adalah bagi Nabi Musa Kalamullah”.
"Pada saat itu, hamba lihat seorang tua duduk di atas satu kursi dan dari hidungnya senantiasa keluar api. Beberapa malaikat diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk memasukkan orang tua itu ke dalam neraka, serta dirantai yang membelenggu dan tali. Setelah selesai menjalani segala macam siksaan, hamba lihat ia dibawa ke atas mimbar. Bawalah ia ke dalam neraka dan rantailah serta belenggulah dan kekanglah pada lehernya. Sesungguhnya orang ini durhaka yang celaka tidak mau menuruti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya’.
"Dalam menjalani siksaan, rambut hamba habis terlepas dari kulit. Tulang hamba pun hancur dan patah-patah. Bibir hamba seperti bukit Haliyah besarnya. Tubuh hamba besarnya seluas seperti jauhnya orang yang mengendarai kuda sembrani selama tiga hari tiga malam. Seperti jarak itulah besarnya. Jika orang lari dengan kuda sembrani yang sangat tangkas selama tiga hari tiga malam, maka tebal bibir atas bawahnya sama seperti itu. Hidung hamba pun seperti bukit besarnya. Sementara mata dan telinga menjadi hamba tuli”.
"Hamba juga dikenakan pakaian yang terbuat dari kulit api neraka. Di dalam baju itu terdapat macam-macam binatang, seperti ular, kalajengking, dan lipan yang tercipta dari api neraka. Jika saja binatang-binatang itu diturunkan ke bumi, maka seluruh isi bumi dapat ditutupi oleh karena besar tubuhnya. Dan dengan marahnya binatang-binatang itu menggigit tubuh hamba”.
"Awalnya perut hamba diikat dengan tali dari api neraka, dan diikatkan kepada satu pohon yang tercipta dari api neraka juga. Selanjutnya kaki hamba disimpan di atas. Sedangkan kepala disimpan di bawah, seperti orang yang digantung sungsang andai saja penghuni dunia menyaksikan penyiksaan itu, niscaya seluruhnya akan sangat terkejut dan takut karena kedahsyatan siksaan itu. Setelah selesai dari tempat ini, hamba dibawa kepada saksi lain. Kemudian diserahkanlah hamba kepada Malaikat Zabaniyah”.
"Hamba disuruh untuk memakai suatu sepatu terbuat dari api yang panjangnya sepuluh gaz (+110 meter) dan tingginya empat puluh gaz. Apabila dipakai ke kaki sepatu itu, maka timbullah rasa hangus di dalam dada dan sangat meruyak hingga serasa hancur lebur. Asapnya naik sampai ke otak hamba. Ya Nabi Isa, makanan hamba dari tembaga dan timah yang melebur”.
“Setelah selesai menjalani siksan di tempat ini, kemudian hamba dibawa ke satu bukit api neraka Hamba lihat beribu-ribu bukit dari api neraka. Di atas bukit-bukit itu, terdapat batu-batu dari api neraka juga. Ada pula pepohonan yang tercipta dari api neraka pula, serta binatang-binatangnya yang terbuat dan api neraka juga”.
"Pada satu bukitnya, terdapat siksaan beribu-ribu macam, dan beribu-ribu macam api. Terdapat pula sungai-sungai api yang airnya berasal dari tembaga, timah, dan besi yang telah melebur. Ada juga airnya yang berasal dari darah dan nanah yang berbau sangat anyir dan busuk.”
"Tiap-tiap sungai, airnya berputar-putar, dan bunyinya bagaikan guruh dan halilintar yang membelah angkasa. Demikianlah yang hamba dengar, terdengar hingga seribu tahun perjalanan manusia”.
“Ketika hamba sampai di atas bukit. Binatang-binatang itu disuruh oleh malaikat Zabaniyah menyiksa hamba beratus-ratus kali. Andai saja anak dari dari seekor ular di antaranya yang terjatuh ke bumi, maka hancurlah bumi karena bisanya”.
“Lalu hamba dibawa ke dalam sungai. Seluruh anggota badan dan persendian tulang rasanya seperti hancur lebur. Tiga ratus kali hamba digigit, kemudian di bawah bukit beribu-ribu siksaan dan azab Allah Ta’ala hamba rasakan lagi, dan tubuh hamba diikat dengan tali dan api dan dirantai yang terbuat dari api juga. Hamba pun diikatkan kepada sebuah pohon yang terbuat dari api neraka juga. Sedangkan rantai membelenggu hamba dan dililitkan pula kepada pohon itu. Hanguslah tubuh hamba dan hancurlah daging hamba rasanya”.
"Hamba sendiri ketika hidup kembali tidaklah ada bandingannya siksaan-siksaan yang telah dialami itu, ya Nabi Isa. Begitu menderitanya, hamba pun menangis dengan menjadi-jadi serta berseru-seru kepada Allah Azza wa Jala, ‘Ya Ilahi, Ya Robbi, Ya Saidi, Ya Maulayya, Ya Tuhanku, telah hanguslah segala tubuh hambamu dan hancur leburlah daging hamba, serta meluruh dari kulitnya hamba rasakan ya Tuhanku, perut hamba pun jadi melorot ke bawah, hingga hamba dapat duduk di atasnya’. Demikianlah seruan hamba ke hadirat Allah Ta’ala. ya Nabi Isa ”.
"Hamba kemudian lihat banyak orang yang mendapat siksa, dan datanglah ular, kalajengking, dan lipan dari api menggigit mereka sama seperti yang menggigit tubuh hamba. Mereka pun meraung-raung karena terlalu sangat sakitnya. Dan menangis begitu memilukan. Hamba katakan, ‘Hai Malaikat Zabaniyah, apakah dosanya dari orang-orang itu hingga disiksa dengan yang demikian itu?”.
"Malaikat Zabaniyah menjawab, Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu bahwasanya orang itu tidak mau mandi junub serta tidak suci dirinya ketika ia pergi ke mesjid, demikianlah dosanya orang itu."
Raja Jumjumah berkata, "Ya Nabi Isa, hamba lihat orang-orang yang matanya dituangi dengan api yang menyala-nyala, la terbaring dan tergantung seraya berseru kepada Allah SWT. Hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, mengenai hal itu. la menjawab bahwa sesungguhnya orang itu ketika di dalam dunia sering mengintip aurat isteri orang lain, serta berusaha menggodanya.
"Ya Nabi Isa, hamba juga melihat seorang perempuan yang tengah muntah-muntah dengan lidahnya yang menjulur hingga ke kakinya. Dari mulutnya keluar nanah dan darah yang menggumpal-gurnpal. Kemudian disuapinya dengan daging dari api, serta digantung secara sungsang. Kepalanya di posisi bawah sedangkan kakinya berada di atas. Dan di bawahnya ada api yang menyala-nyala, la menyeru-nyeru dengan tangisannya yang sangat memilukan; suaranya begitu ramai menyayat. Hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, ‘Apakah dosa dari orang itu’? Malaikat menyahut, ‘Mereka itulah yang telah melakukan aborsi”.
“Sebagian yang hamba lihat lehernya tergantung pada rantai dari api yang menyala-nyala, dan hamba bertanya lagi kepada Malaikat Zabaniyah, Apa dosanya orang itu?’ ‘Orang itu tidaklah sekali-kali mau mengambil air untuk, sembahyang ketika hidupnya di dalam dunia’, ujar Malaikat Zabaniyah."
“Seluruh persendian hamba pun lemah dan letih rasanya. Tubuh hamba pun bergemetar, karena kedahsyatan dan ketakutan hamba menyaksikan azab Allah Ta’ala tersebut, ya Nabi Isa. Lalu hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, Siapa yang mandi dan siapa pula yang meminum air sungai tersebut? “
"Dijawab oleh Malaikat Zabaniyah, Hai orang durhaka yang celaka, adapun yang mandi dan minum air sungai itu adalah orang-orang yang disiksa di dalam neraka”.
"Ya Nabi Isa, hamba lihat di dalam neraka itu beribu-ribu selokan dari api neraka, dan dari selokan tersebut terdapat beribu-ribu rumah; dari satu rumah, terdapat beribu-ribu pintunya; dan dari satu pintunya, terdapat beribu-ribu bilik dan beribu-ribu bangku; dan dari satu bangku terdapat beribu-ribu ambalan; dan dari satu ambalan, terdapat beribu-ribu hamparan dan bantal dan beribu ribu azab Allah Ta’ala; dan seluruh siksaan tersebut, berasal dari api juga”
“Nabi Isa, hamba lihat di dalam neraka itu ada mahligai dari api dan pada satu mahligainya terdapat beribu-ribu pintu, dan pada satu pintu terdapat beribu-ribu bilik dan bangku; dan dari satu bangku terdapat beribu-ribu hamparan dan bantal. Bahwasanya pada tiap-tiap barang tersebut, kainnya berasal dari api neraka”.
"Ya Nabi Isa, hamba lihat di dalam neraka itu ada bermacam-macam binatang, ada yang seperti gajah, kuda, singa, keledai, kalajengking, lipan, burung, babi, anjing, dan kucing. Seluruhnya berasal dari api yang bermacam-macam. Sesungguhnya seluruh binatang tersebut kerjanya adalah untuk menyiksa penghuni neraka”.
"Sesudah hamba merasakan dan melihat berbagai macam siksaan neraka, hamba dibawa oleh malaikat Zabaniyah ke atas bukit yang bernama bukit Sakuna. Sampai ke atas bukit tersebut dapat ditempuh oleh manusia biasa adalah selama 70.000 tahun. Dan terdapat 70.000 tempat pemberhentian. Terdapat pula 70.000 macam siksa di tempat itu, ya Nabi Isa”.
"Di bukit Sakuna terdapat 70.000 malaikat yang pekerjaannya adalah menghancurkan tembaga, timah, dan besi sebagai bahan untuk menyiksa orang yang tidak mau menuruti akan perintah Allah Ta’ala dan Rasul Nya, juga menyiksai hamba di bukit itu Hamba rasakan tidak ada sesuatu pun yang menyamai azab tersebut”.
"Ya Nabi Isa, seluruh siksaan yang ada di dalam dunia, tidak ada satu pun yang sama dengan siksaaan yang ada di akhirat. Di bukit itu hamba lihat dan hamba dengar, penuh dengan ular dan kalajengking, dan binatang-binatang buas isinya”.
Ucap Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa, adalah bermacam-macam siksaan yang hamba lihat yang tidak mungkin habis hamba ceritakan kepada tuanku mengenai siksaan itu. Setelah selesai hamba menjalani siksaan-siksaan, maka datanglah seorang malaikat untuk menyampaikan amanat dari Allah kepada Malaikat Zabaniyah bahwa Allah Ta’ala telah mengampuni dosaku. Allah Ta’ala telah menganugerahi kasihnya. Penyiksaan kepadaku dilakukan karena perintah Allah semata. Dan kini aku telah diampuni oleh Allah Ta’ala terhadap seluruh dosaku."
Nabi Isa berbicara, "Hai Raja Jumjumah, berbahagialah tuan telah begitu besar dianugerahi Allah SWT telah melepaskan azab. Sesungguhnya segala perbuatan jika tidak benar niatnya, maka sembahyang dan ibadahnya pun tidak akan memberinya manfaat apapun”.
"Hai Raja Jumjumah, ceritakanlah oleh Tuan seluruh siksaan yang telah dialami kepada orang-orang agar mereka menjadi takut dan bertobat setelah mendengarkannya."
Kata Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa, tidaklah hamba dapat merasakan penderitaan lagi, dan tidaklah pula dapat menceritakan lagi mengenai siksaan siksaan dan azab Allah Ta’ala. Karena tuan adalah Ruhullah, hamba mohonkan kepada Allah SWT agar dapat hidup kembali dan masuk ke dalam perut ibu hamba supaya dapat berbakti ke hadirat Tuhan RobbulArsyil Azim, maka semoga dapat terlepas dari siksaan yang telah hamba rasakan, dan hamba telah melihatnya juga. Akan tetapi terhadap kerajaan hamba, janganlah tuan mohonkan hamba untuk kembali lagi berkuasa."
Setelah Nabi Isa Ruhullah mendengar permohonan tersebut, ia segera mengambil segengggam tanah. Kemudian dibasuhkanlah kepada kepala tengkorak dan ditutupnya dengan kain putih.
Selanjutnya, Nabi Isa melaksanakan sholat dua rakaat. Lalu berdo’a kepada Allah agar keinginan dari Raja Jumjumah dapat terkabul. Allah SWT pun mengabulkan permohonan Rasul-Nya itu.