Mediametafisika.com - Kisah-kisah keberadaan makhluk halus sudah sering sekali kita dengar, bahkan banyak pula yang pernah di ganggu/digoda langsung oleh mereka, ada yang berwujud kepala tanpa badan, ada yang berupa penampakan tinggi besar (genderuwo) dan masih banyak lainnya. Kisah kali ini adalah kisah nyata yang dialami oleh seorang pembaca di Surabaya yang menceritakannya kepada kami, seperti apa kisahnya, yuk langsung kita simak saja.
Resiko pulang malam memang ada dua, kalau tidak dicegat preman mabuk ya tentu diganggu penghuni makhluk malam lainnya. Begitu juga yang aku alami beberapa waktu lalu. Setelah merampungkan berkas-berkas dan menyusun rapi di loker, aku kemudian melangkah ke luar ruangan,
jam dinding dimeja satpam menunjukkan angka 12 lebih 45 menit. Pak anton, satpam terganteng dikantorku menyapaku ramah, "..pulang abah.." "nggih pak.." kataku sambil menyisipkan uang disaku bajunya " untuk beli rokok" bisikku pelan. Pak Anton hanya tersenyum, dan mengucapkan terima kasih.
Sampai ditempat parkir, cuma ada beberapa motor dari karyawan lain, di gedung perkantoran yang cukup megah itu. Jalan A. Yani lumayan lengang. Hawa malam terasa dingin menggigit tulang, langit sedikit berwarna kemerahan, mendung.
Aku kemudian menghidupkan motor BMW r 25 ku, sekali sendal langsung bunyi. Suaranya yang halus cukup nendang, membikin irama yang agak berbeda dipelataran parkir itu. Ini yang membuatku jatuh cinta berat pada motor-motor kuno dan antik.
Bunyinya itu yang selalu bikin kangen. Lepas dari A. yani aku mulai membelah jalan ketintang aspol. Motor kularikan dengan pelan, jujur saja, kenikmatan terbesar naik motor kuno adalah karena pelannya itu he..he. Pelan "sakmlakune (jalan sekedarnya dibawah 20 km)" yang penting selamat sampai rumah.
Mendekati pengkolan jalan dekat kampus unesa ketintang, laju motorku dihentikan perempuan cantik yang muncul dari ujung gang sebuah smk yang letaknya dekat kuburan situ. Kaget juga, karena tiba-tiba dihentikan orang, perempuan lagi. Dengan berani perempuan tadi menghentikan laju motorku dengan lambaian tangannya.
Indera keenamku sebetulnya sudah memberi tanda, namun karena perempuan tadi cukup ayu, dan dilokasi tersebut masih kulihat masih banyak warung kopi yang buka, jadi semuanya kuanggap wajar saja. Tercium bau parfumnya cukup menyengat, Wangi banget, tapi cukup enak. Entah merek apa, yang jelas bukan parfum kategori murahan.
"..mas bima , stop...stop berhenti dulu, boleh tidak aku numpang sampai rumah di jambangan " katanya lembut sambil tersenyum. Masya Allah, setelah dekat aku baru ingat perempuan itu, tetangga lamaku di Jambangan dulu.
Aku kemudian menghentikan motor itu, dan segera mempersilahkan mbak D naik ke sedel belakang. Setelah merasa aman, aku mulai menjalankan motor itu kembali. Sebagai basa-basi, aku kemudian membuka percakapan, "gimana kabarnya mbak?...lama ya tidak ketemu" kataku, "baik mas, gimana kabar mbak S (isteriku) ?" " baik sehat..semua baik-baik saja" kataku memecah suara motorku yang tiba-tiba menggeram berat sekali.
Aneh, motor ini kok rasanya jadi tambah berat ya, pikirku. Belum sempat aku berbuat apa-apa, mbak D sudah mengajakku ngobrol panjang lebar, mbak D cerita bahwa malam itu dia habis diundang temannya yang nikahan di kampung S yang cukup jauh, kemudian nunut pulang temannya satu kantor, yang kebetulan tinggal di daerah ketintang telkom.
Nah tadi dia nunggu jemputan dari rumah, namun sampai lama belum datang-datang juga. Kebetulan katanya dia melihatku, dan memberanikan diri untuk mencegat motorku, eh siapa tahu mau mengantarkan sampai rumah.
Sampai dekat rolak, mbak D mulai melingkarkan tangannya dipinggangku, ada hawa hangat terasa dipunggungku. Nampaknya mbak D kian merapatkan goncengannya di punggungku, agak jengah juga namun mbak D terlihat biasa-biasa.
Mungkin dia merasa aman ketemu aku, tetangganya yang cukup akrab di jambangan dulu. Bahkan waktu dia menikah, kami (aku dan isteriku) menjadi seksi sibuk mulai dari penerima tamu sampai bagian dekorasi mulai tempat ijab qobul sampai kamar pengantinnya. Kami sudah tidak banyak berbicara lagi, mungkin mbak D merasa ngantuk, begitu juga dengan diriku yang tiba-tiba menjadi beringsang tak karuan.
Tak begitu lama laju sepeda motorku sudah lepas dari jalan karah dan sudah menuju jalan jambangan. "mas bima lewat jalan terobosan bawah tol saja ya" bisik mbak D membelah helm half face model pilot PD II ku, terasa desir aneh didadaku, karena suara mbak D terasa menembus langsung gendang telingaku. Aku kemudian berbelok, mengarahkan laju motor kearah jalan bawah tol.www.mediametafisika.com
Jalan kampung yang sudah berubah sangat padat, sawah-sawah yang dulu membentang sudah berganti dengan perumahan kelas menengah yang rapi. Sampai diperbatasan jalan jambangan II dekat pos satpam, mbak D memintaku berhenti. "sudah mas, berhenti disini saja, tidak enak dengan tetangga.." katanya. "lho masih jauh loh D "kataku sedikit protes.
"loh jauh gimana to mas, lha itu rumahku" katanya sambil tangannya menunjuk sebuah rumah megah dua lantai diujung gang itu. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala, maklum sudah lebih sepuluh tahun tidak merambah jalan itu. Motor langsung kuhentikan kira-kira puluhan meter dari rumah yang ditunjuknya. Mbak D langsung turun, "terima kasih ya mas, sudah diantar" katanya kenes. Aku hanya tersenyum, setelah itu mbak D berbalik dan melangkah menuju rumah megah diujung gang itu.
Aku sendiri sempat mengagumi bangunan itu, "hmmm pintar tenan D memilih rumah" pikirku. Memang bangunan itu terlihat sangat megah, mirim rumah Jenderal Djoko yang disita KPK itu. Pagarnya terbuat dari kombinasi jati pilihan, lampu kristalnya menyala berpejar-pejar.
Namun setelah mbak D masuk dan menghilang dibalik pagar, pelan jadi gelap. Rumah itu hilang, yang ada tinggal gapura makam kampung jambangan yang ada didekat balai kelurahan itu beserta kijing dan nisan dari kayu yang berjejer -jejer.
Bersamaan dengan itu tercium wangi bunga kamboja dan juga bau kemenyan yang barusan dibakar, "ndulek irung (menyengat banget)" . Bulu kudukku meremang hebat, apalagi setelah melihat sosok mbak D tadi lenyap, muncul dalam sosok yang lain, sosok perempuan berambut panjang, bergaun putih dengan senyumnya yang melengking tinggi..
"hi...hiiiii terima kasih mas ganteng" sambil memamerkan senyumnya yang aneh lengkap dengan gigi-giginya yang putih tapi runcing panjang dikiri kanannya kemudian lenyap dibalik pohon kamboja yang ada ditengah makam.www.mediametafisika.com
Melihat itu, aku hanya bisa berucap "astagqfirullah hal adzim" berkali-kali, mulutku langsung melafalkan ayat-ayat ampuh pengusir dan penetralisir makhluk astral. "kurang ajar...aku dikerjain yang mbahurekso makam J" kataku sambil beringsut pergi, setelah menuntun lebih kurang 10 meter melewati batas makam,
motorku baru bisa dihidupkan lagi. Saat itu aku juga baru sadar bahwa mbak D itu sudah puluhan tahun meninggal dunia, karena kecelakaan lalulintas di jalan jambangan waktu mengantar anaknya semata wayang masuk sekolah. Jadi tidak mungkin kalau nunut pulang kerumahnya.
Setelah membaca Bismillah, aku kembali melajukan motorku keluar dari Jambangan gang IV dan kembali membelah jalan jambangan yang berbatasan dengan sungai Surabaya. Disepanjang jalan menuju rumahku yang masih kurang lebih lima kilometer lagi, aku tak henti-hentinya menggerutu karena bisa-bisanya dinunuti mbak kunti penunggu makam Jambangan.
Demikian pengalamanku dinunuti mbak kunti waktu pulang malam beberapa hari yang lalu. Semoga menjadi pengalaman berharga bagi kita untuk tidak pernah lupa berdoa dan memohon perlindungan dari Allah SWT dari semua gangguan makhluk-makhluknya dari dunia lain.