Mediametafisika - Nasa dan Universitas California baru-baru ini merilis sebuah hasil penelitian. Kedua lembaga itu melaporkan dua sungai ternama di dunia, yakni Eufrat dan Tigris sudah mulai mengering.
"Para ilmuwan menemukan selama tujuh tahun dari 2003, cekungan sungai Tigris dan Eufrat di bagian Turki, Suriah, Irak, dan Iran kehilangan 117 juta kaki acre (144 kilometer kubik) air tawar," tulis laporan itu seperti dikutip Press TV.
Lantas, apakah fenomena ini merupakan tanda-tanda sudah dekatnya Hari Kiamat?
Rasulullah SAW bersabda, Hari Kiamat tak akan terjadi sebelum Sungai Eufrat mengering dan menyingkapkan ‘gunung emas’ yang mendorong manusia berperang. 99 dari 100 orang akan tewas (dalam pertempuran), dan setiap dari mereka berkata, ‘Mungkin aku satu-satunya yang akan tetap hidup’. (HR Bukhari).
Dalam riwayat lainnya, Rasulullah bersabda, Sudah dekat suatu masa di mana Sungai Eufrat akan menjadi surut airnya, lalu tertampak perbendaharaan daripada emas, maka barang siapa yang hadir di situ janganlah ia mengambil sesuatu pun daripada harta itu. (HR Bukhari Muslim).
Imam Bukhari juga meriwayatkan hadis lainnya, Rasulullah SAW bersabda, Segera Sungai Eufrat akan memperlihatkan kekayaan (gunung) emas. Maka, siapa pun yang berada pada waktu itu tidak akan dapat mengambil apa pun darinya. Imam Abu Dawud juga meriwayatkan hadis yang sama.
Dalam hadis itu, Rasulullah pernah bersabda bahwa sungai yang mengalir di tiga negara besar, Turki, Suriah, dan Irak itu pada saatnya nanti akan menyingkapkan harta karun yang besar berupa gunung emas. Selain itu, dalam kitab Al-Burhan fi `Alamat al-Mahdi Akhir az-Zaman diungkapkan bahwa keringnya Sungai Eufrat merupakan saat datangnya al-Mahdi sebagai akhir zaman.
Hadis di atas membicarakan tentang Sungai Eufrat. Dalam bahasa Arab dikenal dengan nama al-Furat atau air paling segar. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadith al-Nabawi, Eufrat adalah sungai yang mengalir dari timur laut Turki.
Sungai itu membelah Pengunungan Toros, lalu melewati Suriah di Kota Jarablus, melewati Irak di Kota al-Bukmal, dan bertemu Sungai Tigris di al-Qurnah yang bermuara di Teluk Arab, ujar Dr Syauqi. Panjang sungai itu mencapai 2.375 kilometer. Dua anak sungainya, yakni Al-Balikh dan Al-Khabur, sudah mengering.
Pada saat Nabi Muhammad memprediksi masa depan Sungai Eufrat lewat sabdanya, wilayah subur di daerah Mediterania itu masih dikuasai oleh dua kekuatan besar, Persia dan Bizantium. Sungai Eufrat adalah garis batas alami dari dua kerajaan tersebut.
Selain berada di kawasan Suriah dan Iran, kekuasaan Persia ternyata juga mencakup daerah Yaman hingga daerah disekitar Laut Merah. Sedangkan, Bizantium mencakup sebagian Suriah (bagian utara) dan Turki hingga ke Eropa.
Seiring perkembangan zaman, dengan kebangkitan Islam dan bersatunya daerah-daerah di Arab, dua kekuasaan besar itu mau tidak mau menjadi terpengaruh. Islam menjadi kekuatan baru dan mulai menunjukkan taringnya pada masa Khalifah Abu Bakar.
Gesekan pun mulai terjadi. Persia dan Bizantium tidak bisa lagi menganggap enteng kekuatan negara Islam. Kaisar Persia sempat mengirimkan pasukan untuk menyerang Madinah. Bizantium juga menyerang kawasan utara kekuasaan negara Islam, yang mengakibatkan terbunuhnya Jenderal Muslim, Zaid bin Harits.
Pasukan Islam mulai menggenggam kemenangan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Saat itu, kekuatan negara Islam berada di atas dua kerajaan besar yang sudah ada sebelumnya itu. Selama 10 tahun, beragam pencapaian dalam dunia militer didapatkan.
Pergerakan ke Suriah, negara yang dilintasi Sungai Eufrat, dimulai pada era Umar. Sebagian daerah yang sebelumnya dikuasai oleh Bizantium, akhirnya berhasil ditaklukkan kekuatan pasukan Muslim.
Sementara itu, Persia merasa khawatir. Mereka sudah kehilangan kekuatan pada kawasan perbatasan di sebelah barat Sungai Eufrat. Beberapa peperangan pun terjadi antara Kerajaan Persia dan pasukan Muslim. Pada akhirnya, Persia berhasil tunduk di bawah kekuasaan pemerintahan Islam.
Wilayah itu kemudian menjadi salah satu bagian penting bagi penyebaran agama dan peradaban Islam di seluruh dunia. Penaklukan terhadap Persia inilah yang juga menandai awal mula peradaban Islam di sisi Sungai Eufrat.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian membentuk wilayah-wilayah administratif untuk memudahkan proses pemerintahan. Beberapa wilayah itu adalah Makkah, Madinah, Suriah, Jazirah (wilayah di antara Sungai Tigris dan Eufrat di Irak), Basrah, Khurasan, Azerbaijan, Persia, dan Mesir. Setiap gubernur ditempatkan di daerah itu.
Mereka bertanggung jawab pada sang khalifah. Pada masa-masa inilah, agama Islam juga menjadi kuat di daerah-daerah tersebut. Berkat kepemimpinan Umar, Islam sampai saat ini masih menjadi ideologi dan peradaban penting di daerah sekitar Sungai Eufrat. Namun dalam perkembangannya, apa yang telah diramalkan oleh Nabi Muhammad sepertinya mulai muncul.
Berbagai polemik soal ketersediaan air dari sungai tersebut selalu mencuat di antara tiga negara yang dilaluinya. Pembangunan DAM selalu menjadi permasalahan bagi negara-negara tersebut. Pembuatan DAM di Turki berpengaruh pada debit air yang mengalir di Suriah.
Pembuatan DAM di Suriah akan memengaruhi air yang sampai di Irak. Meskipun belum sampai pada tahap peperangan, perdebatan soal air ini masih saja terjadi. Banyak orang mulai khawatir bahwa ramalan Nabi Muhammad pada akhirnya menjadi kenyataan.
Ramalan itu telah disebutkan dalam hadis di atas, yakni Sungai Eufrat menjadi kering dan terjadi peperangan setelahnya. Kekhawatiran ini tampak dari banyaknya laman-laman yang mengungkap tanda-tanda akhir zaman terkait dengan keringnya sungai yang berakhir di Teluk Persia itu.