Mediametafisika - Bantul, Supiyati, 25, warga Arjomulyo, Oku Timur, Palembang, Sumatra Selatan, yang kini dirawat di RS Nur Hidayah, Jetis, Bantul, Yogyakarta, menjadi perhatian masyarakat. Dari tubuh Supiyati keluar paku dan jarum. Paku-paku tersebut keluar dari kaki dan tangannya.
Hari Rabu (26/9/2012) malam Supiyati menjalani operasi di RS tersebut. Yekti Utami, 30, kakak sepupu Supiyati, menuturkan, Supiyati selesai dioperasi sekitar pukul 24.00 WIB. Supiyati melalui dua kali operasi. Adaa71 paku yang berhasil diangkat dari kedua kakinya. Operasi itu akan dilanjutkan kembali jika masih ditemukan paku di tubuh Supiyati.
Selama 25 hari dirawat di rumah, Selasa (25/9) siang, Supiyati akhirnya dibawa ke RS Nur Hidayah. Tergolek di ranjang RS Nur Hidayah, Rabu, Supiyati mengaku tidak tahu penyebab penyakitnya. “Rasanya panas seperti gejala herpes setiap kali ada paku baru yang masuk ke tubuh…”
Tim medis RS Nur Hidayah, Jetis, Bantul, Rabu (26/9/2012), menunjukkan hasil rontgen pada dua telapak kaki Supiyati, 25, korban penyakit aneh asal Palembang. Dalam foto rontgen tersebut, terlihat tumpukan benda asing warna putih (logam) di kedua tumit Supiyati.
Karena paku-paku itu terus keluar dan masuk tubuhnya, selama 1,5 tahun Supiyati tidak dapat beraktivitas layaknya orang sehat. Sekadar berjalan saja, Supiyati merasa kesakitan. Sebab, banyak paku tertanam dan terlihat jelas di kedua tumitnya.
“Selama di sana [Sumatra], saya dan suami tidak punya musuh atau terlibat masalah dengan orang lain,” jelas Supiyati. Namun, paku terus saja menyembul di balik permukaan kulitnya. Setiap keluar, biasanya ada tiga paku sekaligus yang dililit rambut panjang.
Penyakit yang dialami Supiyati, memang sulit dipercaya oleh akal sehat. Tanpa sebab yang jelas, selama sekitar 1,5 tahun, sudah lebih dari 2.000 paku dan jarum keluar dari sekujur kaki dan tangannya.
Ayah Supiyati, Sagiran, 56, menuturkan gejala penyakit aneh yang diderita anak kedua dari empat anaknya itu bermula sejak 22 Juli 2010. Saat itu, Supiyati tengah melangsungkan akad nikah di Arjomulyo, Sumsel.
“Saat akad nikah, Supiyati mendadak pingsan,” kenang pria asli Dusun Seropan, Muntuk, Dlingo, Bantul yang bertransmigrasi ke Palembang sejak 1977 itu.
Empat bulan berselang setelah akad nikah, Supiyati juga sempat tak sadarkan diri selama 31 hari. “Seperti mati suri. Tanpa makan, minum, atau buang kotoran,” tutur Sagiran.
Menurut petani karet itu, karena dukun setempat mengatakan Supiyati bakal sembuh, keluarganya tidak berinisiatif membawanya ke rumah sakit. Tak lama setelah Supiyati siuman, dari kaki kanannya keluar sebatang jarum kecil.
Seiring waktu berjalan, tidak hanya jarum, paku bermacam jenis dan ukuran juga bermunculan dari kedua tangan dan kaki Supiyati. Tidak kuat menahan rasa sakit dan nyeri akibat logam yang tertanam di tubuhnya, Supiyati pernah dibawa berobat di dua rumah sakit di Sumatra.
“Kata dokter di sana hanya karena infeksi,” ujar Sagiran. Karena tidak ada perkembangan berarti, pihak keluarga memutuskan membawa Supiyati kembali ke tanah kelahiran ayah dan ibunya, Poniyem, 47, di Dusun Seropan, Dlingo.
Sagiran mengatakan selama 1,5 tahun, baru kali ini anaknya dioperasi. “Sejak di Sumatra, kami sudah habis biaya sekitar Rp14 juta dan tidak ada perkembangan berarti. Semoga pendampingan spiritual ini mampu menghentikan masuknya paku ke tubuh Supiyati.”
Di RS Nur Hidayah Supiyati menjalani terapi rukiah oleh tim spiritual RS Nur Hidayah.
sumber