Mediametafisika.com
- Ini adalah lanjutan dari kisah nyata Sang Manusia Kawat Bagian pertama. Sebuah kisah nyata di alami oleh bu Noorsyaidah, seorang Guru TK
Al-Quran di Samarinda Ilir, beliau menderita suatu penyakit aneh yang
tidak terpecahkan oleh ilmu medis. seperti apa kisahnya? Langsung kita
simak saja:
Mbah Liem: Noorsyaidah Kena Tenung (16)
Jumat, 11 Juli 2008 08:50 WIB
SAMARINDA - Mbah Liem, paranormal yang terkenal di Kaltim karena sepak terjang ritualnya mendampingi Bupati (nonaktif) Kutai Kartanegara Syaukani Hasan Rais sepakat dengan Ki Joko Bodo bahwa Noorsyaidah terkena santet.
"Tidak salah lagi ia itu kena santet tenung. Santet ini tidak membunuh, tapi sifatnya hanya menyakiti sampai yang menyantet itu puas. Yang menyerangnya itu adalah orang yang sangat membenci. Ia itu punya dendam pribadi yang sudah memuncak," ujar Mbah Liem saat dihubungi Tribun Kaltim, kemarin.
Ia mengatakan, yang menyantet Noorsyaidah adalah pendatang, bukan suku asli Kalimantan. Untuk bisa sembuh, Noorsyaidah harus diobati dengan ritual sajen adat si penyantet tersebut. "Tidak ada jalan lain ia harus lakukan ritual. Santet itu harus dilawan dengan santet yang lebih tinggi," katanya.
Seperti halnya Ki Joko Bodo, Mbah Liem juga mengatakan, santet itu tidak mungkin disembuhkan dengan cara berobat ke dokter. Karena kawat yang tumbuh di perut Noosyaidah telah berlangsung 17 tahun. Mbah Liem menganggap santet itu sangat kuat. "Ini bukan santet beli dari dukun.
Tapi, yang menyantet itu adalah orang yang punya dendam pribadi dengan korban," katanya. Ketika diajak untuk menyembuhkan Noorsyaidah, Mbah Liem mengaku siap. Ia mengatakan akan berangkat ke Kaltim dengan catatan ada orang yang mau mempersiapkan syarat-syaratnya. Syarat-syarat yang dimaksudnya itu adalah bagian yang harus dipenuhi dalam ritual penyembuhan. Seperti kelapa muda, ayam hitam, dan telur. Sebagai media perantara dengan penyantet, Mbah Liem meminta potongan kawat yang telah diambil dari perut Noorsyaidah.
"Insya Allah bisa sembuh. Saya butuh kawat dari perutnya itu perlu sebagai media penghubung. Nanti akan muncul wajah yang menyantet dari dalam air yang saya taruh pada mangkuk. Saya akan serang balik dan mengobat. Tidak perlu takut, saya akan korbankan binatang. Nanti kalau syarat-syarat ini dipenuhi saya akan datang dan bisa disaksikan bagaimana ritualnya," kata Mbah Liem.
Tentang apa yang dialami Noorsyaidah, spesialis penyakit dalam Prof Dr dr HR Moh Yogiantoro Sp PD-KGH menduga kuat kondisi itu sebagai sesuatu di luar jangkauan diagnosa medis. Namun, dari sisi medis, mungkin saja sebagai manusia Noorsyaidah mengalami kelainan anatomi, metabolisme, dan kejanggalan (anomali) lain, seperti tumor dan kanker, sehingga muncul kawat-kawat dari perut dan dadanya.
"Cuma ini memang aneh. Yang jelas, ada kondisi tertentu yang bisa disebut sebagai penyakit nonmedis dan itu memerlukan pengobatan dari ahli lain. Inilah yang kemungkinan besar berhubungan dengan kasus yang dialami Noorsyaidah," kata spesialis dari RSU Dr Soetomo Surabaya yang akrab dipanggil Prof Yogi ini.
Menurut Prof Yogi, pada beberapa kasus penyakit, ada yang memerlukan penyelesaian medis dan nonmedis sekaligus. Namun, ada pula yang cukup ditangani secara nonmedis, sedangkan penanganan medisnya kurang bermanfaat. Namun, ketika diminta menyebutkan tindakan nonmedis seperti apa yang bisa digunakan untuk menangani kasus Noorsyaidah, Prof Yogi menyebut hal itu tergantung dari kemauan si penderita sendiri. Ketika didesak, apakah menggunakan cara gaib, Prof Yogi menyebut kemungkinan ke arah tersebut selalu ada.
"Percaya kepada Allah SWT, itu saja sudah merupakan bagian dari cara gaib. Begitu juga penyakit nonmedis, mungkin saja gaib. Sebab, hal itu sudah di luar jangkauan dunia kedokteran yang konvensional," tandasnya. Pemerhati dan praktisi supranatural sahabat Prof Yogi, KH Ir Agus Ubaidilah, ketika ditanya tentang kasus yang dialami Noorsyaidah membenarkan bahwa penyakit yang diderita wanita itu terjadi akibat kiriman benda gaib yang dibuat oleh manusia. Untuk pengobatannya, tutur Agus, tidak bisa dilakukan melalui medis.
"Kalaupun ia pernah menggunakan pengobatan medis ternyata berhasil, tapi begitu kembali ke Samarinda kawat itu ternyata bermunculan lagi. Ini menunjukkan bahwa penyakitnya sudah di luar medis," kata KH Agus. Dari penerawangan jarak jauh yang dilakukannya dengan melihat foto dan ejaan nama Noorsyaidah, pria yang tinggal di Sidoarjo ini mengaku, ada sesuatu yang buruk yang ditanamkan di rumah Noorsyaidah. Hal buruk itulah yang kemudian membuat munculnya kawat-kawat dari perut dan dadanya.
"Perlu proses penanganan yang panjang untuk mengobati Ibu Noor ini. Karena hal gaib itu telah ditanamkan pada dirinya sejak lama," kata Agus.
Noorsyaidah Mulai Diperiksa Dokter (17)
Jumat, 11 Juli 2008 11:34 WIB
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Khaidir
SAMARINDA- Noorsyaidah, warga Jl Merdeka 3 Samarinda yang dari perutnya mengeluarkan kawat, Jumat (11/7) pagi dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AW Syahranie.
Ia memulai tahap pengobatan. Tim dokter yang dipimpin langsung oleh Direktur RSUD AW Syahranie, dr Ajie Syirafuddin menjemput Noorsyaidah di rumahnya sekitar pukul 08.00 WITA. Awalnya, keluarga sempat menolak, karena keluarga khawatir dengan kondisi mental Noorsyaidah.
Tetapi tim dokter yang beranggotakan tujuh orang berhasil merayu Noorsyaidah. Pukul 09.30 WITA, Noorsyaidah tiba di RSUD AW Syahranie, Jl Dr Soetomo, Samarinda. Noorsyaidah kemudian masuk ke ruang MSCT Scaning dan berlangsung selama 20 menit. Setelah itu ia masuk ke ruangan sinar X.
"Ini masih tahap awal. Kami baru melakukan diagnosa. Belum tahu hasilnya, karena masih mengumpulkan data-data. Setelah proses ini selesai, akan kami rapatkan. Hasilnya nanti kami informasikan kepada keluarga. Untuk langkah selanjutnya kami serahkan kepada keluarga, apakah mereka siap atau tidak," ujar Ajie.
Sementara ini keluarga masih belum mau Noorsyaidah menjalani rawat inap. "Kondisi Noorsyaidah masih labil. Kami khawatir kondisi mentalnya, makanya kami ingin dia di rumah dulu," ucap Siti Robiah, kakak Noorsyaidah yang juga datang ke RSUD AWS.
Siti Robiah mengatakan, hasil diagnosa dokter nanti akan mereka diskusikan. "Keluarga akan mendiskusikan terlebih dahulu sebelum mengambil langkah selanjutnya, " ucap Siti.
Noorsyaidah pun mengaku tegang. "Saya agak tegang. Doakan saya sembuh ya," ucapnya lirih. Saat berita ini diturunkan, Noorsyaidah sudah diantar kembali ke rumahnya oleh tim dokter RS AWS. (*)
Dokter: Kawat Itu Sudah Beradaptasi dengan Tubuh Noor (18)
Sabtu, 12 Juli 2008 11:52 WIB
JENIS penyakit yang diderita Noorsyaidah secara medis rupanya memang termasuk penyakit yang sangat aneh dan tak pernah ada dalam ilmu kedokteran mana pun. Direktur Rumah Sakit Abdul Wahab Syahranie Samarinda dr Ajie Syirafuddin MMR mengaku sangat sulit menyebut jenis penyakit yang diderita perempuan berusia 40 tahun itu.
Noorsyaidah adalah guru TK di Sangatta yang selama 17 tahun ini menderita penyakit aneh. Batangan kawat bermunculan dari dalam perut menembus kulit. Panjang kawat 10-20 cm.
"Memang sangat sulit disebutkan namanya dalam perspektif medis. Untuk perkiraan bahwa penyakit yang diderita Ibu Noor itu bisa saja disebut sejenis larva migran atau seperti ada cacing- cacing yang bermunculan di badan seseorang. Tapi itu juga terbantahkan karena yang tumbuh itu adalah benda keras, apalagi jenisnya adalah besi kawat," kata Ajie saat ditemui di kediamannya.
Dia juga heran dengan daya tahan tubuh Noor yang selama 17 tahun lebih tak memengaruhi kondisi fisiknya, padahal secara medis besi yang ditanamkan di tubuh seseorang dan tidak menimbulkan efek samping hanya jenis platina, sedangkan besi lain tak perlu menunggu waktu lama untuk menimbulkan infeksi atau sejenisnya.
"Makanya untuk sementara ini juga, dalam pandangan ilmu kedokteran besi-besi kawat itu sudah beradaptasi dengan tubuh Ibu Noor sehingga tak berpengaruh dengan kondisi fisiknya. Seperti halnya penyakit larva migran yang saya sebutkan tadi, adalah hasil adaptasi molekul-molekul di tubuh seseorang yang akhirnya berakibat pada munculnya cacing-cacing," ujarnya menjelaskan.
Apakah selanjutnya besi-besi itu tetap tidak akan berpengaruh atau membahayakan Noor? Ajie menyebutkan, untuk sementara ini memang tidak akan berbahaya, selain sudah teradaptasi, dari hasil bacaan sementara kawat-kawat berduri itu tumbuhnya hanya di kulit biasa bukan di bagian vital.
"Vital yang dimaksudkan adalah tumbuhnya tepat di jantung. Kalau sudah seperti itu, maka sangat membahayakan sekali dan perlu cepat mendapat perawatan medis.
Tapi memang sekali lagi, saya sebagai seorang dokter heran besi kawat yang mudah berkarat itu tumbuh dan kondisi fisik Ibu Noor tak apa-apa, dan sistem pencernaan juga lancar," katanya. (Muhammad Khaidir)
Dokter: Ini Benar-benar Kawat Asli (19)
Sabtu, 12 Juli 2008 12:30 WIB
SAMARINDA, SABTU - Tim dokter dari RSU AW Syahranie, Samarinda, tak membantah bahwa kawat yang tumbuh dan masih bersemayam di perut dan dada Noorsyaidah adalah kawat asli, seperti halnya kawat biasa yang digunakan untuk mengikat besi cor berukuran besar.
Ketua Tim Dokter RSU AW Syahranie, dr Ajie Syirafuddin DHM MMR, mengatakan, sebelum diuji melalui laboratorium, dia sendiri sangat yakin bahwa kawat tersebut memang kawat asli, bukan hasil kimiawi yang kemudian tumbuh di tubuh Noor.
"Secara kasatmata, setelah saya pegang dan ambil satu kawatnya memang kawat asli. Ditambah hasil uji laboratorium kami, memang tak terbantahkan bahwa kawat-kawat itu memang asli," kata dr Ajie, Jumat (11/7) siang.
Secara medis, seharusnya kawat asli dan mudah berkarat itu akan membuat Noor tak berumur panjang karena berakibat infeksi. Namun, karena Noor mampu bertahan hingga lebih dari 17 tahun, menurut dr Ajie, maka hal itu secara medis memang luar biasa.
"Ini yang tak bisa kami bayangkan dan habis pikir. Memang dari pengakuan Noor bahwa perutnya bisa mengeluarkan nanah atau darah, tapi ternyata kondisi dia tetap fit sampai sekarang.
Ketidakstabilan kondisinya paling hanya terjadi ketika dia terbawa emosi mengalami penyakit yang tak bisa tersembuhkan hingga saat ini," terangnya. Apakah selanjutnya tetap akan berakibat negatif buat Noor? dr Ajie belum berani memastikannya karena tim dokter RSU AWS masih mengumpulkan data-data.
"Kita lihat saja nanti karena hasilnya belum diketahui maka saya juga tak bisa mengatakan apa-apa terkait kawat-kawat itu," ujarnya.
Didoakan Nahdliyin, Noorsyaidah Terisak-isak (20)
Sabtu, 12 Juli 2008 12:37 WIB
SAMARINDA, SABTU - Sedikitnya 50 warga Nahdlatul Ulama (NU) Kaltim, Jumat (11/7) malam, mendatangi kediaman Noorsyaidah di Jalan Merdeka III, Samarinda. Mereka datang dari sejumlah perwakilan PWNU Kaltim, PCNU Samarinda, dan Badan Otonom (Banom) NU, seperti GP Ansor, IPNU, IPPNU, dan PMII.
Kedatangan para nahdliyin (sebutan untuk warga NU) ini selain untuk melihat langsung kondisi Noor, juga untuk memanjatkan doa berjamaah bagi kesembuhan penyakit aneh yang diderita warga Samarinda yang bekerja di Sangatta itu.
Doa dipimpin H Asep Syaifuddin, ulama yang juga pengurus PCNU Samarinda. Saat doa dilantunkan, suasana rumah Noor hening beberapa saat. Kekhusyukan sangat terasa di seisi rumah. Bahkan, Noor dan keluarganya yang juga ikut memanjatkan doa menangis terisak-isak karena terharu melihat banyaknya orang yang bersimpati bahkan rela memanjatkan doa bersama untuk kesembuhan dirinya.
Hingga berakhirnya doa, tak ada kejadian apa pun seperti halnya dikhawatirkan sejumlah kalangan selama ini. Noor sempat memperlihatkan penyakitnya kepada puluhan warga NU itu untuk memastikan bahwa besi kawat yang tumbuh di perutnya itu adalah kawat asli.
"Kami cukup terharu selama beberapa hari ini, banyak yang memberikan simpatinya kepada kami. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah-Nya sehingga Noor sembuh dari penyakit yang telah dideritanya belasan tahun itu," ucap Siti Robiah, kakak kandung Noor.
Saat ini, menurutnya, apa pun akan dilakukan demi kesembuhan Noor, sebab Noor sudah cukup tersiksa dengan penyakit anehnya itu. "Amin, sekali lagi mudah-mudahan saja, mohon doanya kepada semua agar adik saya ini bisa sembuh ya," harap Robiah lagi.
Sementara itu, Asyari Hasan, pimpinan rombongan, mengaku sengaja datang ke rumah Noor untuk memanjatkan doa bagi kesembuhan Noor. Sebab, menurutnya, apa yang dialami Noor adalah penyakit yang tidak hanya bisa disembuhkan dengan medis, tapi hanya dengan kehendak Allah SWT.
"Ini atas dasar kemanusiaan untuk saling membantu, dan kami yakin selain dengan ikhtiar, maka doa kepada Allah adalah obat yang paling mujarab, tidak ada yang mengalahkan kekuasaan Allah itu," ujar Asyari.
Ia menerangkan, doa berjamaah itu tidak hanya satu kali, tapi setelah ini PWNU Kaltim juga akan melibatkan ulama-ulama lainnya untuk ikut berdoa di kediaman Noor. "Yang jelas kami siap membantu penyembuhan Noor dengan cara agama karena kami yakin apa pun itu datangnya pasti dari Allah, maka penyembuhannya juga harus memanjatkan doa kepada Allah," kata Asyari yang juga Sekretaris PCNU Samarinda ini.
Sayalah Noorsyaidah, Orang yang Sakit Aneh Itu (21)
Sabtu, 12 Juli 2008 12:48 WIB
PENYAKIT misterius yang dialami Noorsyaidah mengguncang dunia medis di negeri ini. Andai saja kasus itu tak terendus wartawan Tribun Kaltim, mungkin penduduk di seantero negeri ini tak akan pernah tahu bahwa ada manusia yang tengah menderita bertahun-tahun. Kini fenomena itu menjadi sorotan pers nasional dan internasional. Bagaimana ceritanya sehingga Tribun berhasil mendapatkan liputan eksklusif itu? Berikut penuturan Muhammad Khaidir, sang wartawan yang kali pertama mengendus berita itu. Jumat (4/7) siang sekitar pukul 13.00 Wita, saya bersama beberapa teman sengaja datang ke arena olahraga di Samarinda, sekadar melepas lelah sebelum melakukan liputan lain seperti yang telah direncanakan redaktur. Baru sepuluh menit nongkrong di tempat itu, tiba-tiba handphone berbunyi.
Rupanya sang penelepon adalah seorang rekan yang selama ini akrab dengan saya. Dari balik telepon ia bercerita bahwa ada seorang ibu yang mengidap penyakit aneh. Teman itu mengusulkan agar penderitaan wanita tersebut diangkat di media. Siapa tahu ada hamba Allah yang ringan tangan dan mau membantu mengatasi penyakitnya. Mendengar penjelasan itu, saya meminta agar ia segera menemui saya.
Apalagi dia berjanji akan membawa foto-foto wanita itu. Dua puluh menit kemudian, teman saya datang. Ia memperlihatkan foto seorang wanita dengan perut penuh kawat. Foto-foto itu diabadikannya melalui pesawat handphone N70. Semula saya tidak percaya. Tapi rekan yang satu ini tetap meyakinkan saya. "Ini penyakit langka dan aneh. Ibu ini sudah puluhan tahun menderita. Kasihan dia menderita seperti itu," bisiknya. Saat itu saya merenung sebentar, mencari akal bagaimana caranya saya bisa meyakinkan redaktur agar berita itu dimuat. Oke... Saya putuskan, esok saya akan menemui wanita itu. Kemudian saya meminta nomor handphone keluarga penderita, berikut alamat rumahnya. Setelah itu saya sedikit bercanda dan mengatakan bahwa penyakit seperti itu adalah sesuatu yang biasa saja. Paling hanya bulu-bulu tebal atau akar serabut yang tumbuh di tubuh manusia.
Minggu (6/7) siang, berdasarkan rute yang diberikan keponakan Noorsyaidah, saya berkeliling selama lebih kurang setengah jam ke sana kemari mencari Jl Merdeka III/68. Aduh, rumitnya minta ampun. Jujur saja, saya agak kesulitan menemukan alamat itu. Bahkan, saya sempat putus asa dan berniat untuk melakukan pencarian keesokan harinya. Ketika hendak balik badan, tiba-tiba keponakan wanita itu menelepon saya. Dia lalu memberi petunjuk jalan mana saja yang harus saya lalui untuk menuju ke rumahnya. Sesampainya di depan rumah berukuran 4 x 6 berwarna oranye, saya sempat berpikir sejenak.
Dalam hati saya mengatakan, apa ada yang keliru atau yang salah. Tak seperti yang saya bayangkan dari awal, rupanya penghuni rumah itu cukup berada. Di depan rumahnya ada sebuah mobil Honda Jazz berwarna hitam dan Panther berwarna biru. Sambil melangkahkan kaki penuh keraguan, saya beranikan diri masuk ke dalam rumah. Rupanya, saya sudah ditunggu-tunggu oleh Risca, keponakan Noor, dan Siti Robiah dan suaminya Yani, kakak kandung Noor, serta seorang perempuan mengenakan kaus berwarna merah.
Selama sekitar 15 menit kami berbicara, keluarga Noor tak juga memperlihatkan wanita yang dimaksud. Saya lalu terdiam sejenak dan berpikir ada apa di balik semua ini. Padahal, kedatangan saya ke rumah itu jelas-jelas ingin bertemu dengan wanita yang dimaksud untuk mewawancarai dan mengambil gambarnya. Akhirnya, saya beranikan diri bertanya. "Maaf Bu... saya potong. Kira-kira Ibu yang katanya sakit aneh itu sekarang posisinya di mana? Bisakah saya menemuinya?" tanya saya kepada seorang wanita berkaus merah. Wanita itu terdiam sejenak. Ia lalu menjawabnya, "Sayalah orang yang sakit itu.
"Sekilas saya menangkap kesan wanita itu sehat, segar bugar, dan tak mengalami kelainan apa-apa. "Memang kalau pertama kali melihat tidak seperti sakit kan? Tapi kalau sudah melihat ini...." (Wanita itu menyingkapkan kaosnya dan memperlihatkan bagian perutnya yang ditumbuhi besi-besi kawat). Saya terkejut, gemetaran, dan sedikit panik. Astaga, apa saya tidak salah melihat. Setelah saya amati, ternyata benar bahwa benda-benda yang menancap di perut wanita itu berupa kawat.
Agar saya semakin yakin, wanita itu meminta keponakannya mengambil sebagian kawat yang telah berjatuhan dan dikoleksinya dalam sebuah tempat. "Innalillahi wa Inna ilaihi rojiun," ucap saya dalam hati. Bulu kuduk saya berdiri. Badan saya rada gemetar. Mimpikah saya? Atau jangan-jangan saya sedang berada di alam yang lain? Apalagi seumur-umur saya belum pernah menyaksikan peristiwa langka semacam ini.
Mata saya belum berkedip karena terperanjat. Sang wanita itu bercerita bahwa kawat-kawat yang ada di depan saya itu pernah terbang saat hendak disentuh seseorang. Berbekal keimanan, saya memberanikan diri menatap kawat-kawat itu, lalu sedikit merabanya untuk memastikan apakah benda itu benar-benar kawat atau bukan.
Saya Ketakutan, Noorsyaidah Tersenyum (22)
Minggu, 13 Juli 2008 03:56 WIB
HANYA sekali saya berani memegang kawat-kawat yang "pabriknya" berada di perut Noorsyaidah itu. Selanjutnya saya meminta Noorsyaidah untuk meletakkannya kembali ke dalam sebuah bupet berwarna merah muda. Di bupet kecil itu dia mengoleksi semua kawat yang telah terlepas dan berjatuhan dari perutnya.
Karena gugup bercampur takut, saya justru lupa bertanya, berapa batang kawat yang sudah dikoleksi Noorsyaidah. Soal jumlah batang kawat, saya pikir tidak begitu penting. Toh dari foto yang saya ambil, saya sudah bisa membayangkan sendiri, berapa kira-kira jumlah batangan besi kecil itu. Yang jelas, semenjak bertemu Noorsyaidah saya bisa merasakan betapa perempuan itu begitu menderita sepanjang hidupnya. Dan, saat itu pula saya merasakan betapa besar kuasa Allah SWT.
Di dalam bupet itu, saya juga melihat ada beberapa carik kertas bertuliskan semacam huruf Arab dan lainnya. Entah apa maksudnya. Saya pun enggan menanyakan kepada Noor, karena lagi-lagi bulu kuduk saya sudah berdiri lebih dulu. Saya merasakan nuansa magis. Mengalihkan rasa takut, akhirnya saya mencoba memulai pembicaraan dengan bertanya kepada Noorsyaidah terkait sebab-musabab datangnya penyakit aneh yang dialaminya.
"Kejadiannya sekitar tahun 1991 lalu, kalau dihitung-hitung sampai sekarang artinya sudah 17 tahun lebih saya mengalaminya," ujar Noor mulai bertutur. Mendengar kata 17 tahun lebih, saya dibuat terkejut kembali dan takjub bukan kepalang, tak terasa dalam hati saya berkata. Ya Allah, ini benar-benar mukjizat dan sungguh manusia yang tabah. Bayangkan, selama itu, dengan kawat-kawat yang mudah berkarat itu dan keluar dari perutnya itu, ia masih sanggup bertahan hidup. Rasa penasaran di hati semakin berkecamuk, dengan mempertanyakan cara makannya seperti apa, sistem pencernaannya bagaimana.
Noor menjawab, bahwa semua lancar tanpa hambatan. Dan hal itu dibuktikannya, saat saya bertamu di rumahnya itu, dia dengan mudahnya mampu menelan minuman jus orange dari sebuah gelas. Bahkan di kesempatan itu, dia sempat meminta keponakannya untuk menambah satu gelas lagi untuknya. Pembicaraan terus mencair, Noor rupanya suka bercanda. Barangkali untuk menghilangkan rasa stres terhadap penyakit aneh yang telah dideritanya belasan tahun itu. Di tengah pembicaraan Noor bercanda lagi. Katanya. "Awas loh, ntar bisa terbang kawatnya," katanya sambil tersenyum kecil kepada saya.
Dengan sangat terpaksa saya pun ikut tersenyum. Sebenarnya bulu kuduk ini berdiri, karena saya berpikir jangan sampai kawat itu bisa terbang seperti guyonan Noorsyaidah itu. Eh rupanya, Noor bisa membaca pikiran saya yang sedang takut namun malu-malu memperlihatkan rasa takut itu. "Jangan takut mas, saya saja tidak takut. Yang penting niatnya baik," katanya sambil tersenyum kecil lagi. Alhamdulillah, saya pun cukup terobati dengan ungkapan dia itu.
Sekitar satu jam lebih dan merasa cukup tentang semua yang saya tanyakan dan mendapat cerita dari Noor, akhirnya saya pamit. Kendati Noor dan keluarganya saat saya sudah mulai melangkahkan kaki keluar dari rumah Noor, memberikan motivasi agar tidak takut, namun sebenarnya semua yang saya alami tetap terpikirkan hingga dalam perjalanan ke kantor.
"Mudah-mudahan tidak ada kejadian aneh selama perjalanan ke kantor, bismillah," ucap saya dalam hati. Karena jujur saja, biarpun Noor menghibur saya pada saat di rumahnya dengan selingan cerita lucunya, bayangan kawat terbang tetap terbayang-bayang selama perjalanan saya ke kantor. Alhamdulillah dan mudah-mudahan tidak untuk selanjutnya juga, semua berjalan dengan baik, dan akhirnya pada keesokan harinya cerita penyakit aneh dan satu-satunya bahkan mungkin di dunia ini yang dialami Noorsyaidah ini menjadi heboh di seantero Nusantara. Semoga Bu Noorsyaidah segera sembuh.
Diagnosa Dokter, Noorsyaidah Alami Carpus Allenium (23)
Minggu, 13 Juli 2008 05:55 WIB
SAMARINDA - Hasil diagnosa sementara terhadap Noorsyaidah, tim dokter spesialis Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Syahrani (RSU AWS) Samarinda, mendeteksi adanya benda asing di dalam tubuh (perut) perempuan berusia 40 tahun itu. Atas temuan ilmiah itu, tim dokter masih bertanda-tanya bagaimana benda-benda semacam itu bisa bersarang di dalam perut seseorang dan apa penyebabnya.
Penggunaan istilah benda asing sengaja dipakai karena selama ini kasus seperti itu belum pernah ditemukan dalam dunia kedokteran. "Kalau dalam bahasa kedokterannya disebut carpus allenium. Artinya adalah benda asing.
Dengan istilah benda asing itu, maka tidak akan diketahui penyebab penyakit tersebut. Itulah hasil yang kami dapatkan dari diagnosa kami yang dilakukan tim dokter RSU AWS terhadap Ibu Noor," kata dr Ajie Syirafuddin DHM MMR, Sabtu (12/7).
Seperti diketahui, sebanyak tujuh dokter spesialis terbaik dipersiapkan oleh RSU AWS untuk melakukan diagnosa terhadap Noor, Jumat (11/7) di ruang Radiologi RSU AWS di Jl Dr Soetomo Samarinda. Diagnosa berlangsung selama 1,5 jam, berjalan lancar tanpa ada kendala apapun seperti yang dikhawatirkan sejumlah kalangan selama ini.
Selanjutnya, kata dr Ajie, pihaknya akan menyerahkan hasil diagnosa tersebut kepada Ibu Noor dan keluarganya, sekaligus memberikan beberapa alternatif penyembuhan yang ditawarkan RSU AWS.
"Sekali lagi, kami dari RSU AWS sejak awal sudah mengemukakan bahwa ruangan khusus di Teratai sudah kami siapkan. Artinya, meskipun itu adalah benda asing dan tidak ada penyebabnya, kami tetap memiliki komitmen untuk penyembuhan Ibu Noor. Sekarang silakan Ibu Noor dan keluarganya untuk mendiskusikan terlebih dahulu terhadap tawaran kami ini," ujar dr Ajie.
Sabtu kemarin, Tribun bertandang ke rumah Noorsyaidah di Jl Merdeka III. Sayangnya, tak bertemu wanita itu, kecuali hanya ditemui kakak kandung Noor, Siti Robiah.
Wanita itu mengatakan untuk sementara Noor tak bisa diganggu karena sedang istirahat total. "Kami mohon maaf, bukan bermaksud melarang, tapi untuk saat ini Bu Noor belum bisa diganggu.
Dia sedang istirahat setelah dalam beberapa hari ini banyak menerima tamu dari berbagai kalangan. Nanti kalau sudah bugar, insya Allah Bu Noor bisa ditemui lagi. Sekali lagi kami mohon maaf," kata Siti Robiah. (muhammad khaidir)
Noorsyaidah Berharap Dokter Sembuhkan Penyakit Anehnya (24)
Senin, 14 Juli 2008 11:13 WIB
SAMARINDA, TRIBUN - Noorsyaidah memutuskan untuk menunda kepulangannya ke Sangatta, Kutai Timur. Ia sangat berharap penyakit aneh yang dideritanya selama 17 tahun ini, kali ini bisa disembuhkan melalui perawatan medis yang dilakukan tim dokter RSU Abdul Wahab Syahranie dan pengobatan nonmedis oleh sejumlah kyai dari Majelis Ulama Indonesia atau MUI.
"Hasil urun rembuk keluarga, kami menginginkan Ibu (Noor) bertahan saja di Samarinda karena tim medis Rumah Sakit Abdul Wahab Syahrani Samarinda masih terus melakukan penelitian secara medis dan dibantu Majelis Ulama Indonesia penanganan secara nonmedisnya, "kata Risca, keponakan Noor di Samarinda, Minggu (13/7).
Menurut Risca, Noor untuk sementara waktu belum bisa ditemui langsung karena sedang beristirahat total di kediaman kakak kandungnya di Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir.
Selama beberapa hari ini diakuinya Noor merasa kelelahan yang sangat akibat banyaknya tamu yang datang untuk memberikan simpatik. Melihat keseriusan tim medis dan MUI dalam menangani tantenya itu, menurut Icha, pihak keluarga sangat terharu dan berterima kasih. Karena itu, menyepakati menyerahkan sepenuhnya proses penanganan penyembuhannya kepada mereka.
"Jadi, kalau bertanya bagaimana kesembuhannya kemudian, silakan tanya sama tim dokternya dan MUI saja. Kalau dari kami, hanya bisa mengemukakan bahwa kondisi Ibu Noor saat ini baik-baik saja seperti biasanya. Ibu cuma masih ingin istirahat saja, "ujarnya.
Padahal, tuturnya, kehadiran Noor di Sangatta, khususnya di tempat ia mengajar di Sekolah Semai Bangsa Sengatta binaan PKK Pemkab Kutai Timur sudah sangat ditunggu-tunggu oleh murid-muridnya.
"Makanya Ibu sempat kami rayu-rayu untuk bertahan sementara ini karena Ibu sangat kasihan dengan murid-muridnya itu yang terus meminta ia kembali ke Sengatta. Tapi, buat kami, kesembuhan Ibu juga demi kepentingan ia mengajar nantinya. Kami sangat salut dengan jiwa sosial Ibu karena biarpun kondisnya seperti itu ia tetap tak pernah lupa dengan tanggung jawabnya sebagai guru," ujarnya.
Sementara itu, menurut informasi yang dihimpun Tribun, warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyyin secara berjamaah kembali akan mendatangi rumah Noor di Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir, untuk mendoakan kesembuhan Noor, Minggu (13/7) malam kemarin. Namun, akhirnya ditunda karena ada alasan teknis. (aid)
Mimpi Noorsyaidah, Sembuh Oleh 41 Pembaca Surat Yasin (25)
Rabu, 16 Juli 2008 03:58 WIB
SAMARINDA - Noorsyaidah pernah beberapa kali bermimpi. Dia bisa sembuh dari penyakit aneh jika dibacakan Al-Quran, khususnya Surat Yasin dan Dzikir oleh 41 orang yang fasih dan tidak melakukan kesalahan.
Menanggapi mimpi Noorsyaidah itu, MUI bermaksud mengumpulkan orang-orang yang dimaksud Noorsyaidah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Samarinda mengakui sangat kesulitan untuk mengumpulkan 41 orang yang masuk dalam kategori fasih membaca Al-Quran, khususnya membaca Surat Yasin dan dzikir-dzikir untuk proses penyembuhan Noorsyaidah.
Namun MUI akan berupaya menghimpun dengan menyebar surat imbauan kepada pesantren-pesantren dan organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam untuk menjadi satu dari 41 orang tersebut. Hal itu dikemukakan Ketua MUI Samarinda, KH Zaini Naim, usai jumpa pers terkait kesiapan medis dan non-medis atas proses penyembuhan Noorsyaidah, di kediaman Noor di Jl Merdeka III, Samarinda, Selasa (15/7).
“Soalnya ini bukan berbicara kuantitas, tapi kualitas. Makanya saya mengakui sangat sulit mengumpulkan 41 orang itu, karena belum tentu juga dia fasih membaca, tapi juga ternyata tidak ikhlas membaca dengan meminta imbalan. Ini kan menjadi sangat sulit untuk dilaksanakan, "kata KH Zaini saat jumpa pers itu ikut mendampingi Direktur Umum (Dirut) Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Syahrani (RSU AWS), dr Ajie Syirafuddin DHM MMR.
Seperti diberitakan sebelumnya, Noorsyaidah pernah beberapa kali mendapat mimpi yang menganjurkan jika ingin sembuh dari penyakit aneh yang dideritanya belasan tahun itu, harus bisa mengumpulkan sebanyak 41 orang yang fasih membaca Al-Quran. Namun, anjuran itu diakui Noor sangat sulit dilaksanakan, karena mengumpulkan orangnya yang tidak pernah membuahkan hasil.
Menurut KH Zaini, mimpi yang didapatkan Noor tersebut sebenarnya sangat baik, karena orang yang memberi mimpi bermaksud baik dan tetap dalam ajaran dan yang disyariatkan oleh Allah SWT. Karena itu dia atas nama MUI Samarinda sangat mendukung sekali upaya dari sejumlah Organisasi Islam (Ormas) selama ini, yang bermaksud membantu Noor melalui doa-doa.
"Dan kita juga harus mendukung mimpi yang didapatkan Noor itu, tapi sekali lagi jumlah 41 orang dengan syarat fasih dan tak menemukan kesalahan dalam membaca Al-Quran itu yang sulit untuk didapatkan, "ujarnya. Kendati demikian, KH Zaini mengatakan dengan tegas, MUI tetap akan berupaya untuk mengumpulkannya demi kesembuhan Noor.
Dalam waktu dekat, atas nama MUI, KH Zaini mengatakan akan membuat surat imbaun tersebut kepada pesantren-pesantren dan Ormas-ormas Islam yang berkenan untuk menjadi salah satu dari 41 orang yang fasih membaca Al-Quran itu.
"Kita akan berusaha karena penyakit yang diderita Noor ini, tidak hanya harus melalui ikhtiar medis tapi juga bagaimana semua orang memberikan doa atas kesembuhannya. Dan MUI dengan tegas mengatakan, bahwa Allah SWT dalam menurunkan penyakit pasti ada obatnya," tandas KH Zaini. (aid)
Kawat di Perut Noorsyaidah Tambah Dua Batang (26)
Rabu, 16 Juli 2008 07:27 WIB
SAMARINDA - Berapa jumlah kawat yang masih bersarang dalam perut Noorsyaidah? Menurut Direktur Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Syahrani (RSU AWS) dr Ajie Syirafuddin DHM MMR, dari hasil rontgen menggunakan peralatan MS CT scanning milik RSU AWS, Jumat (11/7), jumlah kawat yang ada di tubuh Noor berjumlah 30 kawat.
"Yang tumbuh di perut dan bagian dada sebanyak 23 kawat dan yang bersemayam di dalam perut 7 kawat," kata dr Ajie kemarin. Namun, sejak Senin (14/7) atau tiga hari setelah di-CT scan, di dada wanita yang sempat membuat "geger" Kaltim ini, kawah tersebut bertambah dua lagi. Sekarang di tubuh Noor terdapat 32 kawat. Sesaat setelah melakukan wirid (berdoa setelah shalat) di rumahnya di Jalan Merdeka III, Samarinda, Senin (14/7),
Noorsyaidah mendadak menangis dan meringis kesakitan. Air mata membanjiri pipinya. Ia merasakan ada yang bergerak menusuk dan menembus dadanya di kiri dan kanan. Mukena pun dibuka. Astaga! Rupanya dua kawat berkarat tumbuh di dada kiri dan kanan. Hal mengenaskan itu terjadi sesaat setelah perempuan berusia 40 tahun itu menunaikan salat dzuhur. Seperti biasa, ia sedang menunaikan ibadah wajib.
Noor melakukannya dengan posisi duduk, dengan empat bantal di depannya untuk menahan saat sujud. Namun, setelah membaca doa wirid, Noor kontan meringis. Tak seperti biasa, kali ini ia sampai menangis tersedu-sedu. Ia merasakan tak terperi. Tidak lama kemudian, ia pun berteriak memanggil keluarga di rumah. Satu per satu anggota keluarganya bergegas memasuki kamarnya dan melihat ekspresi Noor yang tengah menahan sakit.
Noor meminta keluarganya untuk menyingkap mukena yang dikenakannya. Begitu mukena putih itu dibuka, dua kawat warna hitam kecoklatan (warna sebuah kawat yang telah berkarat) itu telah tumbuh di dada kiri dan kanan, di atas buah dada. Kawat tersebut muncul di lubang yang sama yang selama ini sudah ditumbuhi masing-masing satu kawat. Tribun yang siang itu berkunjung ke rumah Noor menyaksikan meski dua kawat baru tumbuh di dadanya dan sakitnya nyaris tak tertahankan, tidak terlihat darah keluar dari lubang itu sebagaimana layaknya sebuah luka baru. Kulit di sekitar lubang hanya terlihat sedikit memerah, tapi tidak berdarah.
Tak ayal, kejadian itu membuat keluarga yang sedang mengerubuti Noor ikut terisak- isak. Mereka merasa kasihan dengan rasa sakit dan penderitaan yang dialami Noor, tapi tak tahu harus berbuat apa. Siti Robiah, kakak kandungnya yang selama ini setia merawat Noor, langsung tercenung. Tak sepatah pun kata terucap dari bibirnya. Sepuluh menit kemudian, dengan tetap menahan sakit akibat tumbuhnya dua kawat baru,
Noor tetap dengan ramah saat melihat Tribun yang juga ikut menyaksikan tumbuhnya kawat-kawat berduri itu. Dia pun menyapa, "Sudah lama datangnya Mas?".
"Istirahat saja Bu, tidak apa-apa," ujar Tribun menimpali. Tetapi Noor dengan ramah malah meminta wartawan untuk tetap menemuinya. "Silakan saja Mas, gak apa-apa kok, sudah biasa seperti ini. Lagipula untuk apa lagi ditutup-tutupi karena sudah tahu semua, apa yang mau ditanyakan nih," ujarnya lagi.
"Biasanya memang setiap usai salat, saya selalu merasa kesakitan. Dan kali ini sakitnya sungguh sangat sakit sekali, dan ketika seperti itu biasanya lagi akan ada kawat yang jatuh. Eh ternyata, setelah saya lihat kawatnya justru bertambah lagi dua," ujar Noor. (muhammad khaidir)
Noorsyaidah Menulis Surat Permintaan Maaf (27)
Rabu, 16 Juli 2008 08:41 WIB
SAMARINDA - Suasana kediaman Noorsyaidah di Jalan Merdeka III, Samarinda, Selasa (15/7) siang, mendadak ramai. Keluarga Noor menggelar jumpa pers. Tak cuma dihadiri wartawan, acara itu juga menarik perhatian sejumlah warga. Sebagian mengaku sangat penasaran dan ingin melihat langsung kondisi penyakit aneh yang dialami perempuan berusia 40 tahun itu.
Ririn misalnya, perempuan ini bahkan datang langsung dari Kediri, Jawa Timur, bersama suaminya. Rasa penasarannya timbul setelah ia membaca kisah Noor di harian Surya. "Ingin lihat aja, mudah-mudahan kalau diperbolehkan juga ingin berdoa untuk kesembuhan Bu Noor," ujarnya.
Namun, saat jumpa pers digelar, Noor tidak terlihat bersama Dirut RSU AWS dr Ajie Syirafuddin dan Ketua MUI Samarinda KH Zaini Naim. Pihak keluarga mengatakan, Noor masih kelelahan setelah menerima banyaknya tamu yang berkunjung selama ini. "Kami minta maaf kepada semuanya, Ibu Noor belum bisa ditemui karena kelelahan," kata Safriansyah, kakak kandung Noor. Namun, Noor rupanya tak sampai hati membiarkan wartawan yang telah lama menunggu.
Tidak ingin mereka kecewa, Noor akhirnya bersedia ditemui di ruang tamu rumah kakaknya. "Tetapi, saya mohon maaf, kali ini saya jangan ditanya-tanya ya, saya saja yang memberi pernyataan," katanya. Dalam pernyataan sekitar 10 menit itu, Noor meminta maaf dan berterima kasih kepada semua pihak karena selama ini telah membantu dan memberikan dorongan kesembuhan atas penyakit aneh yang dideritanya.
"Khususnya saya minta maaf kepada umat Islam karena membuka aurat saya kepada publik untuk memperlihatkan penyakit saya ini," katanya. Menurut Noor, memperlihatkan aurat itu semua bukanlah bermaksud untuk mencari sensasi atau pamer. Ia melakukannya karena penyakit aneh yang dideritanya memang terletak di bagian perut dan dada.
"Saya hanya ingin semua mengetahui bahwa saya tidak merekayasa. Inilah yang saya rasakan selama 17 tahun. Tapi, alhamdulillah selama belasan tahun itu saya tabah karena ini adalah dengan izin Allah SWT," ucapnya sambil terisak.
Seusai memberikan pernyataan, sebagian besar wartawan pun meninggalkan rumah Noor. Namun, beberapa saat kemudian Noor memanggil Tribun dan tetap dengan isak tangis, ia memberikan secarik kertas bertuliskan tangannya. Tulisan itu berisi permintaan maaf kepada semua, khususnya kepada keluarga dan teman-temannya.
"Saya minta maaf kepada teman-teman di Samarinda dan daerah lain di Indonesia, baik sewaktu saya sekolah hingga kuliah. Juga kepada teman-teman saya sewaktu pelatihan guru di Bogor. Karena penyakit saya inilah, komunikasi dan tali silaturahmi sempat terputus. Kepada semua orang tentunya saya minta maaf sekali jika publikasi kepada media ini dipandang salah," tulis Noor.
Dalam surat itu, Noor juga menyatakan terima kasih kepada keluarganya yang selama ini telah merawatnya. Khususnya ucapan terima kasih itu ia tujukan kepada saudara angkatnya, Lilis, yang tak pernah kenal lelah menemaninya dalam suka dan duka. (muhammad khaidir)
Paranormal Gandawilaga: Kesembuhan Noorsyaidah Sudah Dekat (28)
Kamis, 17 Juli 2008 09:03 WIB
SAMARINDA, KAMIS - Seorang paranormal di Samarinda, Drs S Hadi Gandawilaga M Spt, terus mengikuti perkembangan kesehatan Noorsyaidah, sejak ia mengetahui kisahnya lewat pemberitaan di Tribun Kaltim dan Kompas.com.
Noorsyaidah adalah guru TK di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur, yang menderita penyakit aneh. Dari tubuhnya bermunculan puluhan batang kawat sejak 17 tahun silam.
"Ini puncaknya mendekati kesembuhan bagi Noorsyaidah, sudah ada tanda-tandanya," tutur paranormal yang tenar setelah mengungkap pelaku pembunuhan mutilasi di Samarinda sepuluh tahun silam.
"Asalkan Noorsyaidah jangan pernah menolak setiap orang yang datang untuk menyembuhkan penyakitnya, dari agama dan kalangan mana pun. Kita tidak tahu lewat perantara siapa Tuhan memberikan kesembuhan. Allah menurunkan penyakit pasti ada obatnya. Maka itu, berilah kesempatan kepada semua orang yang ingin mengobati. Siapa tahu lewat pengemis yang datang ke rumah, misalnya, penyakit Noorsyaidah sembuh," paparnya. Gandawilaga juga menyatakan dukungannya terhadap upaya MUI mengumpulkan 41 orang yang fasih membaca Surat Yasin sesuai petunjuk mimpi Noorsyaidah.
Namun orang itu, jelas Hadi, jangan hanya sekadar hafal dan fasih, tapi harus ikhlas dan tuma'ninah. "Jangan lupa sebelum melakukan ritual membaca Yasin, mereka harus mandi dan keramas, serta melakukan puasa selama satu hingga tiga hari," sarannya.
Selain itu, Hadi juga menyarankan Noorsyaidah agar meluangkan waktu, tenaga, dan biaya untuk pergi ke Jombang menemui para kiai. "Di Jombang dapat dijumpai para kiai yang berpengalaman menangani penyakit seperti diderita Noorsyaidah," ucap lelaki yang sudah 60 tahun berkecimpung dalam dunia supranatural. (aid/top)
"Orang Pintar" dari Wali Kota untuk Noorsyaidah (29)
Kamis, 17 Juli 2008 09:11 WIB
SAMARINDA, KAMIS - Hingga hari kesepuluh sejak Tribun Kaltim dan Kompas.com pertama kali dan secara eksklusif memberitakan penyakit yang diderita Noorsyaidah, simpati sekaligus tawaran untuk memberikan bantuan terus berdatangan.
Telepon di redaksi yang menanyakan perkembangan terakhir penyakit Noor nyaris tak berhenti. Para penelepon, termasuk dari media internasional, umumnya mengaku tak percaya bahwa kawat-kawat tumbuh dan bersarang di perut Noor selama belasan tahun.
Wali Kota Samarinda Achmad Amins bahkan merasa perlu kembali untuk mengunjungi Noorsyaidah, Selasa (15/7) malam lalu. Amins yang datang bersama istrinya, Hj Aminah, juga membawa "orang pintar" yang dianggapnya bisa membantu proses penyembuhan Noor secara supranatural atau nonmedis.
"Tapi sayang tadi malam pengobatan belum sempat terlaksana karena dia (Noor) masih istirahat dan tidak bisa diganggu, ya jadi saya dan istri datang hanya bersilaturahmi dan mengungkapkan rasa simpatik terhadap Noor yang telah menderita selama belasan tahun itu," ujarnya saat ditemui, Rabu (16/7).
Amins selalu siap membatu Noor yang notebene adalah orang Samarinda meski kini bekerja di Sangatta. Amins bahkan secara terbuka pernah berjanji akan membantu pengobatan Noor sampai ke luar negeri sekalipun. Selain Amins, menurut keterangan salah satu keluarga Noor, Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Yusran Aspar juga mengunjungi Noor.
"Pak Yusran juga bersilaturahmi dan simpatik terhadap penyakit Ibu Noor," kata keluarga Noor yang enggan disebut namanya. Sejak pemberitaan Noor yang mengalami penyakit langka tersebut, sudah puluhan pejabat di Kaltim yang berkunjung.
Ny Mufidah Kalla Batal Besuk Manusia Kawat (30)
Jumat, 18 Juli 2008 07:15 WIB
SAMARINDA - Noorsyaidah terus menjadi perhatian semua kalangan. Tak hanya pejabat di Kaltim, tapi hingga pejabat di pusat. Tak tanggung- tanggung, Kamis (17/7), Hj Mufidah Kalla -- isteri Wakil Presiden Jusuf Kalla -- menjadwalkan mendatangi perempuan yang memiliki penyakit menghebohkan seantaro negeri itu.
Noorsyaidah adalah guru TK di Sangatta, Kutai Timur Kalimantan Timur. Sejak 17 tahun lalu, dia menderita penyakit aneh. Dari perut dan dadanya muncul batang-batang kawat.
Sayangnya, Ny Kalla akhirnya membatalkan kunjungannya ke rumah Noor di Jl Merdeka III, Samarinda, karena alasan teknis. Namun kabar kedatangannya cukup membuat suasana di rumah Noor menjadi ramai oleh masyarakat umum yang ingin melihat langsung Noor yang ternyata juga menyita orang setingkat Isteri Wapres.
Awalnya, Mufidah Kalla akan datang sekitar pukul 16.00 Wita. Puluhan pasukan pengamanan mulai dari TNI Korem 091/ASN Kaltim dan Poltabes Samarinda bahkan sudah berdatangan saat itu untuk melakukan sterilisasi rumah Noor. Berjarak sekitar 200 meter, mobil-mobil maupun sepeda motor pun tak diperkenankan melewati jalan yang akan dilintasi Mufidah Kalla.
Jalan masuk dari utara dan selatan Jl Merdeka III bahkan sudah diportal dan dijaga pasukan TNI bersenjata lengkap. Masyarakat umum tak diperkenankan mendekati rumah Noor
Noor Gembira
Sebelum dipastikan bahwa istri Wapres batal berkunjung, keluarga Noor sudah membuka pintu rumahnya lebar-lebar, dan menyediakan sejumlah hidangan istimewa untuk Ny Mufidah. Noor sendiri terlihat sudah bersiap menyambut Mufidah di ruang tamunya, dengan mengenakan mukena putih.
"Bagaimana ya perasaannya, pasti senang dong dan tidak menyangka saja. Ternyata menjadi perhatian Ibu Wapres, ini suatu yang luar biasa buat saya," kata Noor dengan wajah yang nampak berseri-seri.
Lantas apa yang akan diminta kepada Ibu Wapres jika bertemu nantinya? Noor menjawab, tidak akan meminta apa-apa, cukup minta didoakan agar penyakit yang membuat dirinya menderita sekian tahun itu sembuh.
"Kedatangan beliau saja sudah cukup buat saya dan keluarga, saya tidak akan minta apa-apa. Mohon doanya saja, mudah-mudahan mendapat kesembuhan total, sehingga saya bisa hidup layaknya perempuan normal lainnya," terangnya. (aid)
Doa Santri Kalsel bagi Noorsyaidah (31)
Jumat, 18 Juli 2008 07:20 WIB
BANJARBARU - Upaya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim mengumpulkan 41 pembaca Alquran, khususnya Yasin dan Dzikir, untuk kesembuhan Noorsyaidah dari penyakit anehnya langsung ditanggapi ustad dan santri Ponpes Al Falah, Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Noorsyaidah adalah guru TK di Sangatta, Kutai Timur Kalimantan Timur. Sejak 17 tahun lalu, dia menderita penyakit aneh. Dari perut dan dadanya muncul batang-batang kawat.
Sebanyak 1.400 santri di Ponpes Al Falah siap membacakan Yasin dan Dzikir buat Noorsyaidah, yang sampai sekarang dari perut dan dadanya masih mengeluarkan kawat.
"Sebenarnya, seminggu lalu, kita sudah melaksanakan shalat berjamaah dan membacakan doa khusus bagi kesembuhan Noorsyaidah," Ketua Ponpes Al Falah, Banjarbaru, KH Abdurrahman saat dihubungi Kamis (17/7) sore.
Namun dengan adanya imbauan dari MUI tersebut, katanya, ustad dan 1.400 santri Al Falah akan kembali melakukannya.
"Tapi kita tidak mengirimkan santri ke Samarinda. Kita punya cara lain untuk membantu meringankan penderitaan Noorsyaidah," ujarnya.
KH Abdurrahman mengatakan, munculnya pemberitaan, baik di koran maupun televisi, mengenai penyakit aneh diderita Noorsyaidah menjadi salah satu pembahasan hangat di ponpesnya.
"Kepada santri kerap kita ingatkan akan tanda-tanda kebesaran Allah. Kemudian, kita ajak para santri dan ustadz untuk sama-sama berdoa untuk kesembuhan dan meringankan penderitaan Noorsyaidah," ujarnya.
Apa yang menimpa Noorsyaidah ini, katanya, merupakan salah satu wujud kebesaran Allah kepada hamba-hambaNya.
"Noorsyaidah sedang diuji dan kita harus mengambil hikmah dari peristiwa ini. Kita sebagai manusia diingatkan akan kebesaran Allah. Untuk itu kita harus senantiasa introspeksi diri dan lebih mendekatkan diri kepada Allah," ucapnya. (ofy/dea/Metro Banjar)
Noorsyaidah Mengaku Menikmati Kawat-kawat di Tubuhnya (32)
Senin, 21 Juli 2008 12:03 WIB
SAMARINDA - Penyakit aneh yang diderita Noorsyaidah terus mengundang simpati dan tawaran pengobatan, baik secara medis maupun nonmedis. Noorsyaidah adalah guru TK di Sangatta Kutai Timur, Kalimantan Timur, yang mengidap penyakit aneh sejak 17 tahun silam. Dari perut dan dadanya bermunculan kawat-kawat yang jumlahnya sudah puluhan batang.
Sabtu (19/7) malam, tim ruqyah dari sebuah majelis taklim di Balikpapan rupanya sempat mendatangi Noor di kediamannya di Jalan Merdeka III, Samarinda, untuk memberikan pengobatan. Namun, upaya itu rupanya urung dilaksanakan karena Noor yang akan di-ruqyah justru berbalik memberikan wejangan keagamaan kepada tim ruqyah yang berjumlah sekitar 20 orang itu."Bagaimana kita mau me-ruqyah karena ternyata Bu Noor mengaku sangat menikmati penyakit yang dideritanya itu. Bahkan, ada salah satu pernyataan Bu Noor yang sangat menyentuh kami, yaitu pengakuan bahwa yang dirasakannya itu bukanlah azab, tapi kenikmatan dari Allah SWT sehingga kami mengurungkan niat untuk me-ruqyah," ujar salah satu jamaah tim ruqyah yang enggan disebutkan namanya.Karena tak jadi me-ruqyah dan tak ingin pulang dengan tangan hampa, akhirnya tim ruqyah tersebut hanya memanjatkan doa bersama-sama dengan Noor dan keluarganya, setelah itu langsung berpamitan pulang.
Menurut pengakuan Yani, kakak ipar Noor, memang semenjak pemberitaan Noor di media, sudah tak terhitung orang yang bertandang untuk memberikan bantuan pengobatan, tapi sampai saat ini belum ada perkembangan positif terhadap kawat-kawat yang tumbuh dan bersemayam di perut Noor.
"Tapi, semuanya tetap kami anggap adalah upaya dan sumbangsih orang-orang yang simpatik terhadap Bu Noor. Mudah-mudahan mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT," kata Yani.
Namun, banyaknya upaya yang gagal dan bahkan batal dilaksanakan untuk menyembuhkan Noor, menurut Yani, jangan sampai dimaknai negatif sehingga menganggap Noor kemudian mengada-ada."Atau yang sangat kami khawatirkan Bu Noor lalu dianggap memiliki kelebihan lain sehingga berbalik orang-orang yang datang nantinya untuk berobat kepada Bu Noor. Ini yang sangat kami hindari. Mudah-mudahan saja tidak, insya Allah," katanya.
Lantas, bagaimana dengan rencana kepulangan Noor ke Sangatta, Kutai Timur? Yani belum bisa memastikannya, semua diserahkan kepada Noor untuk memutuskannya.
"Memang hati dia (Noor) mendua, anak-anak muridnya di Sangatta tempat dia mengajar sudah pada mogok sekolah. Sementara di Samarinda, ia juga kasihan kalau ada orang-orang yang akan menjenguknya, lantas ia tidak ada. Itulah yang sedang ia pikirkan saat ini," ujarnya. (muhammad khaidir)
SUMBER BERITA;
1. Koran Tribun Kaltim
2. Koran Surya