Mediametafisika.com - Waktu itu saya pernah menanyakan tentang Jika darah orang yang mati dibunuh atau kecelakaan lalu lintas ditetesi air jeruk nipis, maka arwah orang itu akan menjadi hantu dan menjerit-jerit ditempat tersebut apakah benar? Tapi ternyata terhapus sebelum topiknya selesai. Maka dari itu, untuk melanjutkannya saya ingin memberikan cerita tentang yang berhubungan dengan di atas.
Cerita ini bermula pada suatu saat di tempat kost para mahasisiwa. Para mahasiswa yang kebanyakan adalah mahasisiwa tahun 1990 dan 1991 berkumpul dan saling bercerita,. sampai suatu bagian perbincangan mengarah pada cerita-cerita seram. Topik pembicaraannya adalah, apa benar roh-roh orang mati yang penasaran akan merasakan kesakitan apabila daerah tempat mereka mengalami kematian secara tidak normal ditetesi dengan air jeruk nipis. Konon para roh tersebut akan mengalami penderitaan. Banyak cerita yang menyatakan kalau hal tersebut dilakukan, kita akan mendengar suara tangisan.
Dari perbincangan tersebut, ada rasa ingin mencoba karena semua mahasiswa yang berkumpul di sana tak satupun yang percaya sebelum mereka mengalaminya sendiri. Entah atas inisiatif siapa, mereka memutuskan untuk mencobakan kebenaran cerita tersebut pada kawasan kampus bukit yang konon banyak sekali orang yang pernah mati kecelakaan di tikungan maut tersebut. Kawasan tersebut tidak jauh dari tempat kost mereka.
Akhirnya, sekitar 10 mahasisiwa pemberani datang ke daerah tikungan tersebut pada sore hari. Mereka berkumpul dan mengadakan 'ritual' memercikan air jeruk nipis di sekitar tikungan untuk sebuah pembuktian. Namun tidak ada suatu kejadian istimewapun terjadi pada sore hari tersebut. Mereka berkumpul, menunggu sampai larut malam.
Sampai pukul 12 malam, para mahasisiwa tersebut mulai melupakan cerita-cerita yang barusan mereka bincangkan. Mereka malahan ngobrol di jalanan tersebut sembari membuat api unggun. Mereka mulai menbincangkan masalah lain, tertawa-tawa dan saling melempar canda. Sampai malam menjelang pagi, sekitar pukul 3 pagi, mereka baru saja memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut untuk istirahat. Tiba-tiba saja ada suara rintihan. Para mahasiswa saling pandang, mencari tahu siapa yang mengeluarkan suara tersebut. Suara tersebut bersumber dari tengah-tengah lingkaran 'pertemuan' yang mereka buat.
Yang makin aneh, ada suara-suara tangisan wanita muncul di tengah-tengah mereka "Aduuuh...perih...aduh tolong...". Mereka sadar kalau di dalam kelompok tersebut tidak ada seorang wanitapun. "Aduuu....uh..." Suara rintihan tersebut makin jelas dan keras. Suara-suara raungan lain mulai menyusul dan seperti suatu paduan suara abstrak yang sumbernya jelas dari tempat mereka berkumpul tapi tidak ada wujud sumbernya.
Rasa takut benar-benar datang, karena suara-suara rintihan tersebut makin lama makin ramai, seperti segerombolan orang kesakitan lebih dari 20-an orang. Pada akhirnya, tanpa dikomando mereka berlari dan berusaha meraih kendaraan mereka masing-masing, pergi kembali ke rumah kost. Semua tiba dengan selamat kembali ke rumah kost, tidak ada seorangpun yang berani tidur sendiri di kamarnya pada malam hari menjelang pagi tersebut. Semua berkumpul dan tidur saling tumpuk dan jejal dalam suatu ruangan. Cukup dari pengalaman tersebut sebagai sebuah pengalaman yang tak terlupakan dan mungkin menghantui malam-malam tertentu dalam hidup mereka.
dari berbagai sumber