Akhir-akhir ini isu santet atau sihir menggema di Indonesia setelah akan disahkan dalam Undang-Undang di DPR. Begitu pula munculnya Adi Bing Slamet yang menggugat Eyang Subur sebagai dukun santet. Sehingga masalah santet yang sudah lama meredup kembali menjadi perbincangan masyarakat.
Berbagai komentar dan cara pandang pun mulai bermunculan terkait masalah tukang sihir dan ‘antek-antek’-nya. Sebagai seorang muslim, tidaklah kita memandang sesuatu melainkan dengan kaca mata syariat, terlebih dalam perkara-perkara gaib, seperti santet yang menjadi perbincangan saat ini.
Sebagian ulama mengatakan bahwa santet adalah benar-benar terjadi ‘riil’, dan memiliki hakikat. Artinya, santet memiliki pengaruh yang benar-benar terjadi dan dirasakan oleh orang yang terkena santet.
Ibnul Qudamah rahimahullah mengatakan, Santet adalah jampi atau mantra yang memberikan pengaruh baik secara zahir maupun batin, semisal membuat orang lain menjadi sakit, atau bahkan membunuhnya, memisahkan pasangan suami istri, atau membuat istri orang lain mencintai dirinya.
Namun ada ulama lain yang menjelaskan bahwa santet hanyalah pengelabuan dan tipuan mata semata, tanpa ada hakikatnya. Sebagaimana dikatakan oleh Abu Bakr Ar Rozi, Santet adalah segala sesuatu yang sebabnya samar dan bersifat mengelabui, tanpa adanya hakikat, dan terjadi sebagaimana muslihat dan tipu daya semata.
Sebagaimana yang disinggung di depan bahwa terdapat persilangan pendapat tentang kebenaran hakikat santet. ‘Apakah sihir hakiki?’ ‘Apakah orang yang terkena sihir benar-benar merasakan pengaruhnya?’ ‘Ataukah sihir hanya sebatas tipuan mata dan tipu muslihat semata?’
Adapun ahli sunnah wal jama’ah meyakini bahwa mungkin saja ada orang yang bisa terbang di angkasa, bisa mengubah manusia menjadi keledai, atau sebaliknya. Akan tetapi meskipun demikian ahli sunnah meyakini bahwa segala kejadian tersebut atas izin dan takdir dari Allah. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan mereka itu (para tukang sihir) tidak akan memberikan bahaya kepada seorang pun melainkan dengan izin dari Allah” (QS. Al Baqarah : 102)
Menurut ulama ahli sunnah wal jama’ah, sihir itu memang ada dan memiliki hakikat, dan Allah Maha Menciptakan segala sesuatu sesuai kehendak-Nya, keyakinan yang demikian ini berbeda dengan keyakinan kelompok Mu’tazilah yang menolak adanya santet.
Inilah keyakinan yang benar, insya Allah. Banyak sekali kejadian, baik di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun masa-masa setelahnya yang menunjukkan secara kasat mata bahwa santet memiliki hakikat dan pengaruh. Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disantet oleh Lubaid bin Al A’shom Al Yahudi hingga beliau jatuh sakit? Kemudian karena itu Allah ta’ala menurunkan surat al Falaq dan surat An Naas (al mu’awidaztain) sebagai obat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini sangat jelas menunjukkan bahwa santet memiliki hakikat dan pengaruh terhadap orang yang terkena santet.
sumber: posmo