Pernahkah dalam keseharian kita baru saja berkenalan dengan seseorang, dan tiba-tiba kita merasa akrab, merasa cocok, bahkan terkadang dapat berlanjut ke hubungan yang lebih serius, misalkan membangun suatu bisnis bersama. Dalam istilah sehari-hari sering dikatakan bahwa terjadi kesesuaian “chemistry”, atau kecocokan “aura”.
Dalam ranah NLP, dikatakan telah terjadi proses koneksi yang kuat di tingkat pikiran bawah sadar, yang disebut dengan istilah “rapport”.
Rapport adalah fondasi utama dalam proses komunikasi interpersonal. Para komunikator yang hebat, misalkan : politisi, penjual, negosiator, pemimpin informal, terapis, memiliki kepiawaian yang luar biasa tentang bagaimana membangun ”rapport” ini. Mereka memiliki kesabaran sangat luar biasa untuk mampu meluangkan perhatian dan waktu untuk membangun rapport di awal proses komunikasi, sebelum berlanjut ke proses pertukaran informasi yang lebih serius.
Bagaimana rapport terbentuk ?
Berdasarkan penelitian empiris, ternyata manusia cenderung untuk menyukai “kesamaan”. Oleh karena itu jika kita tiba-tiba menyukai atau merasa nyaman dengan seseorang, kemungkinan besar dikarenakan kita menemukan adanya kesamaan antara diri kita dengan orang tersebut. Bagian diri kita yang “membaca” adanya kesamaan dimaksud adalah pikiran bawah sadar. Sehingga bahkan seringkali pikiran sadar kita sendiri tidak menyadari “kesamaan” yang dimaksud.
Dari penjelasan di atas, maka tidak mengherankan jika kita melihat sepasang kekasih yang memiliki kemiripan raut wajah. Kemiripan wajah inilah yang menyebabkan satu sama lain memiliki ketertarikan.
Setelah diteliti lebih jauh, ternyata kemiripan yang dapat menghasilkan rapport tidak hanya sebatas kemiripan fisik, melainkan kemiripan-kemiripan di berbagai aspek lainnya, antara lain kemiripan bahasa tubuh, kemiripan minat, dsb.
Lalu bagaimana cara membangun rapport ?
Setelah kita memahami bahwa rapport adalah suatu fondasi yang sangat kuat dalam suatu proses komunikasi di konteks apapun juga, maka kini saatnya kita memasuki suatu kebiasaan baru untuk selalu membangun rapport di fase awal komunikasi.
Dengan prinsip bahwa setiap orang cenderung menyukai kemiripan, maka salah satu teknik paling dasar dari membangung rapport adalah dengan cara berupaya melakukan langkah “memirip-miripkan” diri kita dengan lawan komunikasi kita, cara ini dikenal dengan istilah “pacing”, atau menyelaraskan diri dengan dunia lawan komunikasi kita.
Pada dasarnya terdapat 2 jenis “pacing”, yaitu “verbal pacing” dan “non verbal pacing”. Sesuai dengan istilahnya, verbal-pacing berorientasi untuk “menyamakan” dari sisi verbal, antara lain : tema pembicaraan, gaya berbicara, dll. Non-verbal pacing adalah “menyamakan” berbagai unsur non verbal, antara lain : gerak tubuh, bahkan juga menyamakan pola nafas.
Langkah yang terlihat sederhana dari proses “pacing” ini dapat menghasilkan hal yang sangat ajaib, yaitu memunculkan “kedekatan” antara kita dengan lawan komunikasi kita atau rapport.
Proses “pacing” harus dilakukan secara natural, dan bahkan tidak terdeteksi oleh lawan komunikasi. Jika lawan komunikasi mendeteksi adanya proses yang tidak natural, maka justru akan berakibat sebaliknya, yaitu putusnya “rapport”.
Apa yang harus dilakukan selanjutnya setelah rapport terbentuk ?
Seorang komunikator yang telah berpengalaman akan dapat “membaca” dengan baik apakah suatu rapport telah terjalin dengan baik atau belum. Selanjutnya setelah rapport ini tebentuk, maka dapat dilanjutkan dengan tahapan berikutnya, yaitu memimpin komunikasi ke arah yang kita inginkan, atau dikenal dengan istilan “leading”.
Komunikasi yang efektif adalah persoalan memainkan “pacing-leading” secara piawai dan mengalir.
sumber: hipnotis.net