Mediametafisika - Kisah yang berbau misteri dalam hidup, termasuk urusan gaib seolah tak pernah hilang dari perjalanan manusia. Meski berbeda alam, tak jarang ada saatnya berbenturan dan menimbulkan kesan khusus bagi yang mengalami.
Entah disengaja atau kebetulan, fenomena gaib mungkin saja muncul dan saling bertabrakan dalam sebuah peristiwa atau kejadian. Ada saatnya alam gaib mungkin muncul, begitu juga sebaliknya, alam dunia yang muncul di alam gaib. Maka tak sedikit kisah misteri yang dialami manusia, seperti dikisahkan seorang pembaca mediametafisika di bawah ini.
Sebut saja namanya Bima. Meski kejadian ini sudah berlangsung beberapa tahun lalu, dan ia juga segan menceritakan dan tak mau dianggap mengada-ada, namun ia lah yang merasakan dan betul-betul mengalami peristiwa tersebut.
Awalnya Bima termasuk orang yang tidak percaya sama hal-hal mistis atau gaib. Meskipun sudah pernah mengalami, Bima juga masih belum seratus persen percaya.
Di komplek perumahan yang ditinggali, mereka sempat membangun sebuah pos untuk warga berkumpul. Pos yang ideal untuk berkumpul bahkan hingga larut malam semisal jam 2 malam. Mereka memang tidak siskamling, sebab sudah ada petugas sendiri yang dinasnya memang malam dari jam 12 hingg pagi.
Tapi pada suatu malam, entah kenapa mereka iseng keliling, waktu itu jam menunjukkan antara pukul 24 s/d 01 tengah malam, Bima beserta 3 teman lainnya, salah satunya bernama Karim, yang berbadan sangat gemuk, mencapai 120 kg. Mereka memulai keliling dari gang sebelah pos, dan baru berjalan kira-kira 50 meter (sekitar 8 rumah), dalam suasana gelap, mereka melihat sesuatu di bawah pohon. "Awalnya kami pikir itu anjing, kami dekati, tapi tiba-tiba dia merintih....", kenang Bima.
"Ampuuuuunn...ampuuunnnnn...", begitulah suara lamat-lamat yang mereka dengar. Mendengar suara rintihan dari kegelapan, bukan semakin mendekat dan memastikan, tapi mereka bertiga justru kaget bercampur panik dan semua langsung ambil langkah seribu...!!! Kabur....!!!
Si Karim, larinya paling kencang di depan. Bagi Bima sendiri, sampai sekarang konon ia masih heran, dan tak habis pikir, kok bisa dia yang paling kencang larinya. Sesampainya di pos, semua tetangga lain terheran menyaksikan mereka bertiga berterikan sambil berlarian. mereka pun akhirnya, meski agak ragu, bercerita tetang keadian yang mereka bertiga alami. Usai cerita, justru ada yang mengusulkan untuk mendatangi lagi secara berama-ramai. Yah, ramai memang lebih berani. Belum lagi tingkah polah orang banyak, ada yang bawa kayu panjang dan benda lain yang menambah keberanian mereka masing-masing.
Setelah mendekat, ternyata ada seorang perempuan sedang menyembah-nyembah di bawah sebuah pohon, sambil merintih ampun..ampun.. Dan setelah diperhatikan lagi, ternyata dia adalah pembantunya teman alias tetangga lain yang bernama ko Acin yang biasanya juga ikut ngumpul di pos. Malam itu ko Acin memang hanya di rumah saja. Setelah rumahnya digedor, dan dicek, kami semua terheran, bagaimana itu pembantu bisa keluar dari rumah? Pagar dan pintu, semua dalam keadaan terkunci dan kuncinya masih ada di dalam.
Ternyata kejadian ini tidak berhenti hari itu saja, beberapa hari kemudian, warga menemukan dia berada di dalam rumah kosong, dua rumah dari rumah majikannya. Petugas keamanan kami panggil, untuk mendobrak jendela rumah itu. Aneh, entah bagaimana dia bisa masuk. Sebelu mendobrak, mereka juga cek jalan masuknya, tetapi semua dalam keadaan terkunci, dan rumah majikannya juga dalam keadaan terkunci rapi, dan kunci ada di dalam.
Beberapa hari kemudian lagi, kami menemukan dia jam 10 malam di rumah kosong itu lagi dalam keadaan basah kuyup dan badan penuh cakaran, sewaktu ditanyakan kenapa basah kuyup dan penuh cakaran, dia bilang dia diceburin ke dalam bak penampungan air oleh istrinya, "siluman penjaga", katanya silumannya berbentuk siluman ayam dan badannya dicakar-cakar oleh siluman itu.
Selang seminggu, kami sedang bercerita kejadian ini, ada seorang teman, Felix, yang tidak percaya bahkan sambil mengejek-ejek mereka bertiga. Tapi, belum satu menit dia mengejek, tiba-tiba dari dahinya mengeluarkan darah, dan tambah lama tambah deras. Dia segera pulang dan mengompres pakai es batu, dikasih macam-macam, termasuk bubuk kopi.
Setelah 1/2 jam keluar lagi ke pos masih dengan dahi dan kaus yang berdarah-darah minta diantar ke Rumah Sakit. Mereka mengantarkan Felix ke sebuah rumah sakit dekat perumahan. Ketika di rumah sakit, pendarahan sudah berhenti, tapi tetap diproses di UGD. Ketika kami berbicara tentang keanehan ini sambil menunggu kemungkinan darah keluar lagi di UGD, tiba-tiba si suster yang ada di situ ikut nimbrung. "Bapak percaya tidak dengan hal-hal yang gaib? Soalnya dahinya bapak tidak ada bekas luka sama sekali, tadi sudah dicek sama dokter dan dokter juga masih bingung dengan pendarahan di kepala dan apa sebab yang membuat pendarahan itu."