Mediametafisika - Artikel ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya Jin dalam pandangan Al-Qur'an dan Hadits Part II
Hubungan Jin dan Manusia
Jin Kafir Musuh utama Manusia
Asal muasal permusuhan setan dengan manusia berawal sejak Adam diciptakan, bahkan sebelum Adam diciptakan. Permusuhan ini diawali dengan permusuhan antara nenek moyang setan yakni Iblis dengan nenek moyang manusia, Nabi Adam. Iblis pada awalnya makhluk yang taat beribadah kepada Allah sebagaimana malaikat. Akan tetapi ia memiliki perangai sombong dan keangkuhan sehingga tidak mau sujud kepada Nabi Adam. Dengan sombong Iblis mengatakan keengganan sujudnya itu:
أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
Artinya: "Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya (Adam), Engkau telah menciptakan saya dari api sementara Engkau menciptakannya dari tanah" (QS. Al-Araf 7:12).
Kesombongannya itulah yang menyebabkan Allah mengusir Iblis dari surga serta melaknat dan membencinya sampai hari kiamat kelak. Akan tetapi, sebelum diusir, iblis meminta satu permohonan kepada Allah untuk diijinkan hidup abadi sampai hari Kiamat datang, dan Allah pun mengabulkannya. Oleh karena itu, iblis sampai sekarang masih hidup dan tidak akan mati sebelum Kiamat terjadi. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah:
قَالَ أَنظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ قَالَ إِنَّكَ مِنَ المُنظَرِينَ
Artinya: "Iblis berkata: "Tangguhkanlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh" (QS. Al-A'raf: 14-15).
Penangguhan kematian iblis ini dimaksudkan agar ia leluasa dalam mengganggu dan menjerumuskan manusia dari jalan yang benar. Dalam al-Qur'an dikatakan, bahwa iblis akan senantiasa mengganggu dan menjerumuskan manusia dari berbagai lini, mulai dari depan, belakang, sisi kanan, kiri dan sebagainya. Ini artinya, kapanpun dan dimanapun, iblis dan setan akan terus mencari celah untuk dapat menggoda dan menjerumuskan manusia. Hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Artinya: "Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)" (QS. Al-Araf 7:16-17).
Sedangkan target permusuhan jin kafir (setan) ada dua yaitu target jangka panjang dan target jangka pendek. Adapun target jangka panjang adalah menjerumuskan manusia ke dalam api neraka, hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Fatir ayat 6
Artinya: "Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" (Fathir: 6).
Sedangkan misi dan tujuan jangka pendeknya adalah:
1. Menjerumuskan manusia dalam perbuatan syirik dan kufur
Syaithan senantiasa mengajak para hamba untuk menyembah selain Allah serta berusaha membuat mereka kufur kepada Allah dan syariatNya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hasyr ayat 16 berikut ini:
Artinya: "(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam" (QS. Al-Hasyr:16).
Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah Saw suatu hari pernah berkhutbah:
Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah memerintahkan saya untuk mengajarkan kepada kalian apa yang kalian belum ketahui yang pada hari ini Allah baru saja mengajarkannya kepada saya. Allah berfirman: "Seluruh harta yang Aku karuniakan kepada hamba adalah halal. Aku menciptakan hamba- hambaKu semuanya suci, bersih dan lurus. Hanya saja, syaithan datang menggoda mereka. Syaithanlah yang memalingkan mereka dari agama mereka yang lurus, syaithan juga yang mengharamkan apa yang Aku halalkan kepada mereka. Mereka juga menganjurkan dan mengajak para hamba untuk menyekutukanKu dengan sesuatu yang Aku sendiri belum menurunkan ilmu kepadanya" (HR. Muslim).
2. Menjerumuskan manusia kepada perbuatan dosa dan durhaka
Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Ingatlah, bahwasannya syaithan sudah putus asa untuk disembah di negeri kalian ini. Akan tetapi kalian akan mentaatinya dalam perbuatan-perbuatan yang oleh kalian sendiri dipandang hina, dan syaithan akan meridhainya" (HR. Turmudzi dalam Shahih Sunannya).
Dalam hadits lain Rasulullah Saw juga bersabda:
Artinya: "Jabir berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya syaithan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang shalat di daerah Arab, akan tetapi (syaithan akan diikuti) dalam hal memburu dan saling kasar di antar mereka" (HR. Muslim).
3. Menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan
Bukan hanya menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan dosa dan durhaka, syaithan juga senantiasa menghalang-halangi manusia dari perbuatan baik dan taat. Dalam sebuah hadits dari Saburah bin Abi Fakih bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya syaithan selalu duduk (menggoda) keturunan Adam di semua sisi dan jalannya. Ia duduk di jalan Islam sambil berkata: "Kamu masuk Islam dan meninggalkan agamamu, agama bapak dan nenek moyangmu, mengapa?" Lalu hamba itu tidak menghiraukannya dan ia tetap masuk Islam.
Kemudian syaithan duduk di jalan hijrah sambil berkata: "Mengapa kamu berhijrah segala sementara kamu meninggalkan tanah air dan hartamu?" Hamba itu tidak mempedulikannya, dan ia pun tetap hijarah.
Kemudian syaithan duduk di jalan jihad sambil berakata: "Mengapa kamu hendak berjihad segala, padahal dengan demikian kamu akan mengorbankan harta dan nyawa atau kamu akan terbunuh. Mendingan kamu menikah dengan seorang wanita, lalu berbagi harta dengannya?" Hamba tadi tidak memperdulikannya, da ia pun tetap berjihad.
Rasulullah bersabda kembali: "Barangsiapa yang melakukan hal demikian, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke dalam surga. Barang siapa yang terbunuh (dalam medan perang) atau tenggelam, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke dalam surga" (HR. Nasai).
4. Merusak ketaatan
Apabila syaithan tidak dapat menggoda manusia untuk meninggalkan kebaikan dan taat, maka ia tetap akan berusaha menggoda dan menjerumuskan manusia dengan cara merusak ketaatan dan kebaikan tersebut, agar si hamba tidak mendapatkan pahala dari ketaatannya itu. Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa Utsman bin al-Ash pernah datang ke pada Rasulullah Saw sambil berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya syaithan telah menghalang-halangi antara saya dengan shalat dan membaca (al-Qur'an) saya, dengan cara berwujud dalam wujud Ali".
Mendengar hal itu Rasulullah Saw bersabda: "Syaithan yang mengganggu kamu itu bernama Khinzib. Apabila kamu merasakan datangnya, maka berlindunglah kepada Allah dari godaannya dan meludahlah ke sebelah kiri sebanyak tiga kali". Utsman berkata: "Lalu aku melaksanakan petunjuk Rasulullah Saw tadi, sehingga Allah mengusir syaithan itu dari saya" (HR. Muslim).
Apabila seseorang melaksanakan shalat, maka syaithan datang membisikkan dan menggodanya dengan cara, menyibukkan dengan berbagai hal, mengingat-ngingat urusan dunia, menghadirkan barang- barang yang hilang sampai membuat orang yang shalat itu ngantuk atau lalai. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dikatakan:
Artinya: "Dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: "Apabila dipanggil untuk shalat (adzan berkumandang), Syaithan segera membelakangi sambil kentut dengan keras sehingga orang itu tidak mendengar adzan tersebut. Apabila adzan telah selesai, ia segera menghampirinya. Apabila ia melaksanakan shalat, ia kembali membelakangi sambil membisikkan antara seseorang dengan dirinya. Syaithan itu mengatakan: ingat ini, ingat itu, sehingga ia tidak tahu berapa rakaat dia shalat" (HR. Bukhari Muslim).
Tidak sampai di sana, syaithan juga menggoda dengan jalan membisikkan kepada seseorang untuk melewat dihadapan orang yang sedang shalat. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dikatakan, bahwa Shalih as-Samman pernah melihat Abu Said al-Khudry pada hari Jumat sedang melaksanakan shalat. Tiba-tiba seorang pemuda dari Bani Mu'ith bermaksud melewat di hadapan Abu Said yang sedang shalat.
Abu Said kemudian menahan dan menghalanginya. Pemuda itu kemudian menatap Abu Said, dan kembali mencoba melewatinya, akan tetapi Abu Said kembali menghalanginya dengan lebih keras lagi. Pemuda itu kemudian menghadap kepada Marwan. Marwan kemudian bertanya kepada Abu Said: "Mengapa kamu melakukan hal demikian kepada putra saudaramu ini, wahai Abu Said?" Abu Said menjawab: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: "Apabila seseorang sedang shalat menghadapi sesuatu yang menghalanginya dari orang banyak, lalu seseorang berusaha untuk melewatinya, maka halangilah dia. Apabila ia menolak dan terus hendak melewatinya, maka perangilah dia karena dia itu adalah syaithan" (HR. Bukhari).
5. Menyakiti anggota tubuh dan jiwa manusia
Di samping menggoda dan menjerumuskan dari ketaatan, syaithan juga seringkali menyakiti tubuh, anggota fisik dan jiwa manusia. Untuk lebih jelasnya akan hal ini, berikut dalil-dalil dan kisah-kisah yang membuktikan hal tersebut.
a. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah Saw pernah suatu saat ketika sedang melaksanakan shalat, Iblis bermaksud melemparkan anak panah apinya ke wajah Rasulullah Saw, akan tetapi Rasulullah kemudian berlindung kepada Allah sehingga Iblis tersebut dapat dilumpuhkan sebagaimana telah dipaparkan pada pembahasan tentang kelemahan- kelemahan jin dan setan pada sub, jin dan setan tunduk dan taat kepada Nabi Sulaiman.
b. Untuk menyakiti jiwa seseorang, syaithan juga datang dalam mimpi.
Dalam berbagai keterangan dikatakan bahwa syaithan dapat datang menjelma dalam mimpi seseorang dengan cara mengganggu dan menyempitkan hatinya sehingga orang tersebut menjadi sedih dan putus asa. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa mimpi itu ada tiga macam:
Artinya: Abu Hurairah berkata: "Mimpi itu ada tiga macam; Mimpi yang berupa kabar gembira yang bersumber dari Allah, mimpi yang merupakan bisikan hati, dan mimpi yang menakutkan yang bersumber dari syaithan" (HR. Ibnu Majah).
Dalam hadits lain dikatakan:
Artinya: "Abu Said al-Khudri pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:"Apabila seseorang bermimpi yang menyenangkan, maka itu bersumber dari Allah, oleh karenanya bertahmidlah (ucapkanlah alhamdulillah), dan sebut-sebutlah dia di hadapan orang lain. Apabila ia bermimpi yang menakutkan atau bermimpi sesuatu yang dibenci, maka ia bersumber dari syaithan, karenanya berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya (ucapkan audzubillah minasyaithan wa sayyiatil ahlam), dan janganlah ia menyebut-nyebutkannya kepada orang lain. Kalau ia berlindung kepada Allah (mengucapkan ta'udz tadi), maka syaithan itu tidak akan bisa menyakitinya" (HR. Bukhari).
c. Membakar rumah
Selain menyakiti tubuh dan jiwa, syaithan juga seringkali berbuat jahat berupa menghilangkan harta, kekayaan dan tempat tinggal, berupa membakar rumah. Dalam sebuah hadits dikatakan:
Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).
d. Mengganggu orang yang sedang sakaratul maut
Syaithan memang musuh yang paling nyata. Semua lini dan sisi, ia terus masuki dengan tujuan dapat menjerumuskan manusia ke dalam kedurhakaan. Bukan saja ketika masih hidup, akan tetapi ketika menjelang ajal sekalipun. Ketika manusia sakaratul maut, syaithan masih menggoda dan mengganggu dengan jalan memukul-mukul dan membisikkan hal-hal keduniawian agar orang yang sedang sakaratul maut tadi tidak mengingat Allah lagi.
Oleh karena itu, Rasulullah menganjurkan agar orang yang sedang sakaratul maut ditalqin (dibimbing dengan kalimat-kamimat yang baik) sehingga ketika nyawa dan ruhnya lepas, ia senantiasa mengingat kepada Allah. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah menganjurkan ummatnya untuk berlindung dari godaan syaithan ketika sakaratul maut tadi dengan membaca doa berikut ini:
Artinya: "Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari bimbangan, kehancuran, tenggelam, kebakaran. Aku juga berlindung kepadaMu dari godaan dan pukulan syaithan ketika sakaratul maut. Aku juga berlindung kepadaMu dari kematian yang lari dari jalanMu, juga dari kematian yang sangat sakit menyengat" (HR.Nasai)
e. Menyakiti setiap bayi yang baru lahir
Selain yang sedang sakaratul maut, syaithan juga seringkali menyakiti setiap bayi yang baru lahir. Dalam hadits dikatakan:
Artinya: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: "Setiap keturunan Adam, pasti disentuh oleh syaithan ketika lahirnya kecuali Siti Maryam dan putranya (Nabi Isa)" (HR. Muslim).
Dalam hadits lain dikatakan:
Artinya; "Rasulullah saw bersabda: "Setiap keturunan Adam yang lahir pasti dicubit oleh jari-jari syaithan di kedua pinggirnya kecuali Isa putranya Maryam" (HR. Bukhari).
Artinya: "Abu Hurairah berkata: "Saya pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Tidak ada seorangpun bayi yang baru dilahirkan dari keturunan Adam, kecuali ia telah disentuh (dicubit) oleh syaithan sehingga ia lahir sambil berteriak (menangis) karena cubitan syaithan tersebut, kecuali Maryam dan putranya (Nabi Isa)" (HR. Bukhari).
Dalam hadits dikatakan, Siti Maryam dan putranya tidak terkena cubitan syaithan karena berkat doa dari ibunya, ibunya Siti Maryam, yang berdoa:
Artinya: "(Ibunya Maryam berdoa) dan aku melindungkannya (Siti Maryam) dan keturunannya kepadaMu dari gangguan syaithan yang terkutuk" (QS. Ali Imaran: 36).
Apakah hanya Siti Maryam dan putranya yang tidak diganggu oleh syaithan ketika dilahirkan? Jawabannya tidak. Mungkin masih banyak lagi yang juga tidak diganggu oleh syaithan. Dalam hadits lain riwayat Imam Bukhari dikatakan, bahwa Ammar bin Yasir pun termasuk salah seorang yang tidak diganggu dan tidak dicubit ketika ia dilahirkan.
f. Menebarkan penyakit Tha'un
Syaithan juga seringkali menyebarkan penyakit menular semisal penyakit kulit dan yang lainnya. Akan tetapi hal ini tidak dapat dipahami bahwa semua wabah penyakit menular adalah bersumber dari syaithan. Boleh jadi karena tempat tersebut kotor, tidak bersih. Syaithan hanyalah salah satu faktor penyebab hal itu.Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
Artinya: Rasulullah Saw bersabda: "Penyakit Tha'un dan duri musuh-musuh kalian itu semuanya dari Jin. Ia (jin itu) menyaksikan kalian semua" (HR. Hakim)
Bahkan, dalam salah satu keterangan juga dikatakan bahwa darah istihadah juga terkadang dari syaithan. Rasulullah bersabda kepada Hamnah bint Jahsy: "Ini (darah istihadah) adalah kotoran syaithan" (HR. Abu Dawud dan Nasai). Akan tetapi sekali lagi, tidak berarti bahwa setiap yang mengidap penyakit istihadah, itu bersumber dari syaithan, akan tetapi boleh jadi karena faktor makanan atau hal lainnya. Hanya saja, syaithan juga terkadang menyakiti perempuan dengan jalan istihadah ini.
g. Ikut makan, minum dan tinggal bersama manusia
Termasuk salah satu menyakiti dan melukai manusia, syaithan juga seringkali ikut serta dengan manusia dalam makan, minum dan tinggal. Hal ini dimaksudkan tentunya agar syaithan lebih leluasa dalam menjerumuskan dan menggoda manusia ke jalan yang sesat Dalam berbagai keterangan dikatakan, ketika seseorang makan, minum dan masuk atau keluar rumah tanpa menyebut nama Allah (tanpa berdoa), maka syaithan akan mengikutinya; ia akan ikut makan, minum dan tidur di rumah.
Akan tetapi bagi mereka yang menyebut nama Allah ketika makan, minum dan tidurnya, maka syaithan tidak akan pernah menyentuh makanan, minuman dan tempat tidur atau tempat tinggal orang tersebut. Untuk itu, pantas, kalau Rasulullah Saw senantiasa mengajarkan dan menganjurkan ummatnya untuk selalu membaca doa atau paling tidak menyebut nama Allah dalam setiap gerak geriknya termasuk dalam makan, minum dan tidurnya.
Hal ini, bukan saja untuk meraup pahala dan mengikuti sunnah Rasulullah Saw, akan tetapi juga demi kebaikan orang tersebut, yakni terhindar dari gangguan jin kafir (syaithan) yang setiap detik berusaha mengganggu dan menjerumuskan manusia dalam kenistaan.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah hadits-hadits yang menerangkan tentang hal di atas:
Syaithan akan ikut makan dan minum, ketika orang tersebut tidak mengucapkan doa atau tidak menyebut nama Allah terlebih dahulu. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwasannya Hudzaifah berkata: "Kami (para sahabat) apabila berkumpul bersama Rasulullah Saw, lalu dihadirkan makanan kepadanya, kami tidak berani menyentuh makanan tersebut sebelum Rasulullah Saw terlebih dahulu menyentuhnya.
Suatu hari, dihidangkan kepada kami makanan tersebut. Tiba-tiba, datang seorang budak perempuan yang sudah tidak sabaran. Begitu melihat makanan di hadapan kami, ia langsung bergegas menghampirinya dan langsung menyodorkan tangannya untuk menyentuh makanan tersebut. Rasulullah Saw kemudian memegang dan menahan tangan budak wanita tadi. Tidak lama dari itu, datang juga seorang arab badewi, juga sama menyodorkan tangannya untuk meraih makanan, akan tetap Rasulullah Saw menahan dan memegang tangannya itu.
Rasulullah kemudian bersabda: "Sesungguhnya syaithan akan ikut memakan makanan yang tidak disebutkan nama Allah sebelumnya. Syaithan barusan datang menyertai budak wanita tadi, lalu syaithan itu bermaksud mengambil makanan dengan menggunakan tangan budak wanita itu. Demikian juga, setan datang menyertai orang arab badewi tadi untuk mengambil makanan, dan karena itulah saya pegang dan saya tahan tangan kedua orang tadi. Demi diri ku yang berada pada kekuasaanNya, sesungguhnya tangannya itu (tangan setan) berada pada tangan saya bersama dengan tangan budak wanita tadi" (HR. Muslim).
Setan akan merusak kekayaan manusia dan akan tinggal di dalam bejana / lemari yang tidak disebutkan nama Allah sebelumnya. Dalam sebuah hadits dikatakan, untuk menjaga agar setan tidak merusak harta dan tidak ikut masuk ke dalam rumah, sebaiknya ketika menutup pintu, lemari dan lainnya, terlebih dahulu berdoa atau paling tidak menyebut nama Allah. Dalam sebuah hadits dikatakan:
artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), karena setan tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air minum yang terbuat dari kulit binatang) dan bejana-bejana kalian (untuk masa sekarang seperti lemari, bupet, kulkas dan lainnya) sambil menyebut nama Allah, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian" (HR. Muslim).
Orang yang makan dan minum sambil berdiri, akan ditemani setan. Dalam berbagai keterangan, Rasulullah menganjurkan ummatnya agar ketika makan dan minum sambil duduk, tidak sambil berdiri.
Kecuali ketika minum air zam zam, Rasulullah mensunatkan ummatnya untuk minum sambil berdiri, karena dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa Rasulullah minum air zam zam sambil berdiri. Rasulullah melarang ummatnya untuk meminum atau makan sambil berdiri karena makan dan minumnya akan disertai oleh setan. Berikut ini hadits yang dimaksudkan:
Artinya: "Rasulullah suatu hari melihat seorang laki-laki yang minum sambil berdiri. Lalu Rasulullah Saw berkata kepadanya: "Duduklah!" Laki-laki itu menjawab: "Mengapa saya mesti duduk?" Rasulullah Saw menjawab: "Apakah kamu bahagia kalau minum bersama kucing?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak". Rasulullah Saw bersbda kembali: "Sesungguhnya kamu tadi telah minum dengan sesuatu yang jauh lebih jahat dari pada kucing, yaitu setan" (HR. Imam Ahmad, dan Bazzar).
Setan ikut masuk ke dalam rumah yang tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuknya. Dalam sebuah hadits dikatakan:
Artinya: "Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada sesama syaithan lainnya): "Kalian tidak dapat nginep dan tidak bisa makan malam". Namun apabila ia masuk rumah, dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya, syaithan akan berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan bisa makan malam" (HR. Muslim).
h. Masuk ke tubuh manusia.
Selain menyakiti badan, jiwa dan menyertai manusia dalam segala gerak dan langkahnya, setan juga seringkali masuk ke tubuh manusia. Dalam istilah Indonesia sering disebut dengan Kesurupan, dan dalam bahasa Sunda dikenal dengan Kaasupan Jurig (dalam bahasa arab ashar'u atau lams al-jin).
Sehubungan dengan masalah kesurupan ini, Ibnu Taimiyyah dalam bukunya Majmu al-Fatawa (24/276), berkata: "Para ulama ahli sunnah wal jama'ah sepakat, bahwa jin dapat masuk ke dalam tubuh dan badan manusia. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 275:
artinya: "Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit gila" (QS. Al-Baqarah:275)."
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal pernah bertanya kepada ayahnya, Ahmad bin Hanbal: "Sesungguhnya orang-orang berkata bahwa jin tidak bisa masuk ke badan orang- orang yang kesurupan. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: "Anakku, mereka berkata bohong. Mereka hanya berkata dengan ucapannya sendiri"
Ibnu Taimiyyah juga berkata: "Perkataan ini (jin dapat masuk ke dalam tubuh manusia) adalah perkataan yang masyhur (dikenal oleh semua ulama). Orang yang kemasukkan jin (kesurupan) tidak akan merasakan sakit ketika dipukul, kata-katanya akan ngelantur. Orang yang kemasukan jin ini akan menampakkan banyak keanehan,mulai
dari bicara dan gerakannya. Seolah-olah yang berkata dan bergerak itu adalah orang tersebut (orang yang kesurupannya), padahal hakikatnya adalah jenis lain, bukan manusia (yaitu jin)".
Bahkan, Ibnu Taymiyyah masih dalam al-Majmu'nya mengatakan: "Tidak ada seorangpun ulama yagn mengingkari bahwa jin dapat memasuki tubuh manusia yang lalai mengingat Allah. Barangsiapa yang mengingkari hal ini dan mengatakan bahwa syara' tidak mengakui hal demikian, maka sungguh dia telah mendustai syara itu sendiri.
Tidak ada dalam dalil-dalil syara yang menolak hal itu (tidak ada dalil satu pun yang mengingkari bahwa jin dapat masuk ke tubuh manusia yang kesurupan). Mereka yang mengingkari hal ini hanyalah sekelompok kecil dari golongan Mu'tazilah yakni Imam Al-Jubai dan Abu Bakar ar-Razi.
Kiat-kiat menghadapi gangguan Jin
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa jin (setan) senantiasa mengganggu dan "menyerang" manusia khususnya orang mukmin dari berbagai sisi dan dalam berbagai keadaan. Untuk itu, agar usaha mereka tidak berhasil dan dapat dipatahkan, maka seorang mukmin harus mempunyai "senjata" khusus dalam menghadapi mereka.
Di antara "senjata" yang harus dipegang seorang mukmin dalam melawan "serangan" setan ini, adalah sebagai berikut:
1. Berlindung dan memohon bantuan hanya kepada Allah Swt.
Mengenai "senjata" ini, Allah telah berfirman dalam surat al-A'raf ayat 199-200:
Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah .Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Araf: 199-200).
Adapun keadaan atau situasi yang memungkinkan adanya gangguan jin adalah sebagai berikut;
a. Ketika masuk WC
Rasulullah Saw menganjurkan agar setiap kali masuk ke WC, terlebih dahulu membaca doa sebagai permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan laki-laki dan setan perempuan. Hal ini sebagaimana tertuang dalam hadits berikut ini:
Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila seseorang di antara kalian masuk WC, maka katakanlah: Allahumma Inni audzubika minal khubutsi wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki-laki dan jin perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'I, Ibnu Majah dan Ahmad).
b. Ketika marah
Ketika seseorang marah, maka setan akan dengan mudah masuk dan menggodanya. Oleh karena itu, Rasulullah Saw mengajarkan bahwa ketika seseorang marah, hendaklah ia membaca ta'udz; audzubillahi minasyaithanir rajim. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits berikut ini:
Artinya: "Dari Sulaiman bin Shurad berkata: "Ada dua orang saling memaki di hadapan Rasulullah, saat itu kami sedang duduk di sampingnya. Salah seorang dari keduanya memaki temannya dengan sangat marah sehingga tampak mukanya memar merah. Rasulullah Saw kemudian bersabda: "Sesungguhnya saya mengetahui sebuah kalimat yang apabila diucapkan, maka marah kalian akan hilang, yaitu: Audzu billah minas syaithanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)" (HR. Bukhari Muslim).
c. Ketika berhubungan badan suami isteri
Rasulullah Saw juga menganjurkan agar sebelum melaksanakan hubungan badan, terlebih dahulu berdoa dan berlindung kepada Allah dari godaan setan. Dalam sebuah hadits dikatakan:
Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian hendak
menggauli isterinya kemudian sebelum menggaulinya ia membaca doa: "Bismillah, allahumma jannibnaas syaithan wa jannibis syaithana ma razaqtana" (Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari gangguan dan godaan setan serta jauhkanlah setan itu dari apa yang akan Eukau anugerahkan kepada kami (anak), maka apabila dari hubungan tersebut ditakdirkan membuahkan seorang anak, maka anak itu tidak akan diganggu oleh setan selamanya" (HR. Muttafaq 'alaih).
d. Ketika turun dari lembah atau dari rumah
Rasulullah Saw mengajarkan bahwa apabila seseorang keluar dari rumah, atau melewati lembah, tempat angker hendaklah membaca doa sebagaimana tercantum dalam hadits berikut:
Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Kalau saja seseorang di antara kalian keluar rumah lalu berdoa: Audzu bikalimatillahit tammati min syarri ma khalaq (Aku berlindung kepada Allah dengan perantaraan kalimah Allah yang sempurna dari kejahatan makhluknya), maka ia tidak akan diganggu sedikitpun sejak ia berada di rumah itu sampai ia meninggalkannya" (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih).
e. Ketika mendengar ringkikan keledai
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Apabila kalian mendengar ayam jantan berkukuruyuh (kongkorongok), maka mintalah karunia dari Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat. Dan apabila kalian mendengar ringkikan keledai, berlindunglah kepada Allah dari godaan dan tipu daya syaithan karena keledai itu telah melihat syaithan". (HR. Bukhari Muslim).
f. Ketika hendak membaca al-Qur'an
Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 98-99:
Artinya: "Apabila kamu membaca Al-Qur`an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang- orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya" (QS. An-Nahl: 98-99).
2. Senjata kedua adalah memohonkan perlindungan kepada Allah untuk keluarga dan seluruh keturunan
Dalam sebuah hadits dikatakan:
Artinya: "Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Saw pernah memohonkan perlindungan untuk Hasan dan Husain (cucu beliau) dengan mengatakan: U'idzukuma bikalimatillahit tammah min kulli syaithan wa hammah wa min kulli 'ainin laammah (Aku memohon perlindungan untuk kamu berdua dengan perantaraan kalimah Allah yang sempurna dari semua kejahatan setan dan semua hawa nafsu, juga dari semua kejahatan mata yang penuh dengki)". Rasulullah Saw kemudian bersabda kembali: "Sesungguhnya nenek moyang kalian berdua (maksudnya Nabi Ibrahim) juga pernah memohonkan perlindungan untuk kedua putranya Ismail dan Ishak" (HR. Bukhari).
3. Senantiasa menyibukkan diri untuk terus berdzikir kepada Allah
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Yahya memerintahkan Bani Israil untuk melakukan lima hal. Salah satunya adalah dzikrullah, karena seseorang tidak dapat menjaga dirinya dari godaan setan, melainkan dengan dzikir kepada Allah (mengingat Allah).
Dalam al-Qur'an surat al-Araf ayat 201 Allah berfirman:
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya" (QS. Al- Araf: 201)
Bersambung..
Artikel sebelumnya : Jin dalam pandangan Al-Qur'an dan Hadits Part II